Senin 26 Sep 2022 18:35 WIB

Industri Makanan dan Minuman Halal Indonesia Terus Tumbuh

Nilai industri makanan dan minuman halal Indonesia terus meningkat.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Muhammad Hafil
 Industri Makanan dan Minuman Halal Indonesia Terus Tumbuh. Foto: Ilustrasi Makanan Halal
Foto: MGROL100
Industri Makanan dan Minuman Halal Indonesia Terus Tumbuh. Foto: Ilustrasi Makanan Halal

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Nilai industri halal Indonesia, khususnya industri makanan dan minuman terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut laporan harian Halal Market Reports Tahun 2021-2022, Indonesia memiliki market size terbesar di dunia yaitu mencapai 135 miliar dolar AS atau di kisaran Rp 1.958 triliun

Direktur Treasury and International Banking PT Bank Syariah Indonesia Tbk., Moh. Adib menyampaikan nilai yang besar tersebut masih menempatkan Indonesia di posisi kedua di bawah Malaysia pada pemeringkatan segmen halal food pada Global Islamic Economy Indicator Score 2022. Besarnya potensi bisnis industri makanan dan minuman halal ini menjadikan industri tersebut salah satu sektor halal prioritas untuk dikembangkan terlebih dahulu.

Baca Juga

"Tidak hanya dari sudut pandang besarnya kebutuhan atau permintaan akan produk makanan dan minuman halal, tetapi juga karena pengembangan sektor makanan dan minuman ini menjadi salah satu upaya dalam mendukung penguatan ketahanan pangan," katanya dalam Webinar Nasional Membangun Industri Makanan dan Minuman Halal Dalam Negeri serta Dukungan Perbankan Nasional, Senin (26/9/2022).

Industri pengolahan nasional secara umum masih bergantung pada impor. Sekitar 71 persen dari total impor Indonesia merupakan impor bahan baku dan barang antara atau pendukung industri pengolahan.

Bagi industri pengolahan dan makanan, ketergantungan atas bahan baku impor akan memunculkan isu terjamin atau tidaknya kehalalan bahan baku tersebut.

Sementara pengembangan industri makanan dan minuman halal sangat bergantung pada halal tidaknya seluruh proses produksinya.

"Termasuk jaminan halal di sepanjang supply chain dari hulu ke hilirnya," katanya.

Dengan demikian, tambah Adib, industri makanan dan minuman halal sejatinya dapat direalisasikan dengan mengurangi ketergantungan impor dan membangun industrinya dari hulu ke hilir di dalam negeri. Serta melakukan sertifikasi halal di setiap produk dan bahan baku dalam proses produksi dan rantai pasoknya.

Dengan strategi tersebut diharapkan menjadi peluang dalam mendorong pertumbuhan industri makanan dan minuman. Tidak hanya menjadi peluang bagi korporasi besar, tapi juga hingga ke segmen industri kecil dan menengah.

"Diharapkan perbankan syariah juga dapat berkontribusi aktif dalam merealisasikan strategi pembangunan industri makanan dan minuman halal di dalam negeri," katanya.

SVP SME Banking PT Bank Syariah Indonesia Tbk., Dedy Suryadi mengatakan, BSI juga telah menyalurkan pembiayaan ke sektor makanan dan minuman halal di seluruh provinsi Indonesia. Total outstandingnya mencapai Rp 18,46 triliun dengan jumlah nasabah sebanyak lebih dari 100 ribu nasabah.

Mayoritas pembiayaan dari wilayah DKI Jakarta, Aceh, dan Kalimantan Barat. Tren pencairan pembiayaan BSI sektor makanan minuman sejak sebelum, masa, dan setelah Covid-19 juga terus mengalami peningkatan.

Selain pembiayaan, BSI juga merancang program pemberdayaan masyarakat melalui UMKM Center. Di tiga UMKM Center di Aceh, Yogyakarta, dan Surabaya, sebanyak rata-rata 45 persennya fokus di sektor makanan dan minuman.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement