REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Federasi Astronautika Internasional (IAF) mengumumkan 12 wakil presiden federasi pada Ahad (25/9/2022) waktu setempat. Salah satunya ialah wanita asal Arab Saudi, insinyur kedirgantaraan Mishaal Ashemimry.
Dia menjadi perwakilan Arab Saudi yang telah terpilih sebagai salah satu dari 12 wakil presiden federasi tersebut. Dengan demikian, Mishaal Ashemimry menjadi wanita Saudi pertama yang memegang posisi kepemimpinan di IAF, sebagaimana dilansir The National News, Senin (26/9/2022).
Dia dipilih karena visinya untuk pengembangan sektor luar angkasa secara global, kontribusinya pada pengembangan dan konsolidasi arah federasi, dan perannya dalam memperkuat posisi kepemimpinan kerajaan di sektor kedirgantaraan.
IAF memiliki lebih dari 400 anggota dari 71 negara dan bertanggung jawab untuk merekomendasikan dan mengawasi pengaturan pertemuan federasi dan mempersiapkan agenda untuk sesi pleno majelis umum.
Federasi tersebut berupaya memajukan pengetahuan tentang ruang angkasa, mendukung pengembangan dan penerapan aset ruang angkasa dengan mempromosikan kerja sama global. Saudi telah menunjukkan keunggulannya dalam dunia antariksa.
Baru-baru ini Saudi menyampaikan rencananya meluncurkan dua astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dengan kapsul ruang angkasa dari SpaceX milik Elon Musk. Dua astronot Saudi akan mengendarai kapsul SpaceX's Crew Dragon ke stasiun luar angkasa untuk tinggal selama kurang lebih sepekan pada awal tahun depan.
Ini akan menjadi yang pertama bagi Saudi untuk pergi ke luar angkasa dengan pesawat ruang angkasa pribadi. Para astronot Saudi akan bergabung dengan dua orang Amerika yang diumumkan sebelumnya, pensiunan astronot NASA Peggy Whitson dan pengemudi mobil balap dan investor John Shoffner.
Misi yang disebut Ax-2 itu akan menjadi penerbangan luar angkasa kedua yang diatur oleh Axiom. Namun para astronot pribadi di atas Ax-2 belum disetujui oleh panel yang diketuai NASA dari pemangku kepentingan dan negara-negara yang berpartisipasi di stasiun luar angkasa, seperti Rusia, Kanada, Jepang, dan Badan Antariksa Eropa.
Meski demikian, seorang pejabat AS dalam laporan Reuters itu menyebut misi ini kemungkinan akan disetujui. Bagi Axiom dan perusahaan luar angkasa lainnya, memutuskan kesepakatan dengan pemerintah asing dipandang penting untuk mempertahankan bisnis yang berpusat pada penempatan orang di luar angkasa.