Selasa 27 Sep 2022 00:42 WIB

Menparekraf: Restorasi Hanjeli Mampu Bangkitkan Ekonomi Sukabumi

Masyarakatnya membudidayakan tanaman pangan hanjeli yang hampir punah. 

Red: Agus Yulianto
Menparekraf Sandiaga Uno mengunjungi Desa Wisata Hanjeli, Sukabumi, Jawa Barat, yang masuk ke dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.
Foto: Istimewa
Menparekraf Sandiaga Uno mengunjungi Desa Wisata Hanjeli, Sukabumi, Jawa Barat, yang masuk ke dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Desa Wisata Hanjeli, Sukabumi, Jawa Barat, masuk ke dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Desa tersebut akan mendapatkan dukungan program Moslem Friendly Tourism dari mitra strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Adira Finance, selama satu tahun.

Kedatangan Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno ke desa tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan jajaran pemerintahan setempat. Mas Menteri-sapaan Sandiaga Uno-dan rombongan disambut Tari Ibing Pasir Piring. Kemudian, Mas Menteri mendengarkan presentasi kepala desa dan Ketua Pokdarwis.

Mas Menteri dan rombongan juga menyaksikan demo cara panen menggunakan ani-ani dan belajar menumbuk di atas lisung dengan budaya lokal serta belajar menampi Hanjeli di atas nampah. Selain itu, Mas Menteri didampingi pengelola desa wisata meninjau UMKM suvenir kuliner, kriya, fesyen khas Desa Wisata Hanjeli. Terdapat beberapa hasil UMKM seperti rengginang Hanjeli, brownies, Tape Hanjeli, Teh Waluran, madu, Tepung Hanjeli, Rengginang Hanjeli, dan Sabun Hanjeli.

 

photo
Menparekraf Sandiaga Uno mengapresiasi upaya masyarakat dalam merestorasi komoditas pangan lokal hanjeli yang hampir punah. - (Istimewa)

 

Sandi mengatakan, pihaknya mengapresiasi upaya masyarakat dalam merestorasi komoditas pangan lokal Hanjeli. ”Dari Hanjeli ini hampir punah, tapi sekarang dikembangkan dengan penuh kearifan lokal melibatkan masyarakat. Menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja. Ini adalah bagian menciptakan 1,1 juta lapangan kerja baru,” ujar dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Senin (26/9/2022)

Dikatakan Sandi, desa yang terletak di Kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu, Desa Waluran Mandiri, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, itu menawarkan konsep eduwisata. Yaitu belajar membudidayakan tanaman pangan “hanjeli” yang hampir punah. 

"Tujuan awalnya adalah untuk mengonservasi pangan lokal, lalu membuat olahan dari Hanjeli dengan pendekatan eduwisata agar ada nilai tambah untuk peningkatan ekonomi masyarakat," ujarnya.

Wisatawan yang hadir dalam kesempaptna itu, kemudian diajak untuk belajar mengenal pangan lokal. Mulai dari cara bertanam, panen Hanjeli menggunakan alat tradisional, menumbuk Hanjeli dengan Lisung, serta menampah. 

Desa Wisata Hanjeli menambahkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan dengan membangun karakter geografi “sense of place” yang menekankan seluruh elemen karakter alam dan budaya hingga dapat menciptakan pengalaman berwisata yang berbeda.

Hanjeli merupakan sumber karbohidrat dengan kandungan gizi yang setara dengan padi, sorgum, atau sumber pangan lain. Bahkan, terdapat nilai gizi yang super di dalam Hanjeli, ada kandungan kalsium yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan oleh penderita osteoporosis. 

Selain itu tanaman ini aman dikonsumsi penderita diabetes karena indeks glikemik-nya rendah. Bagian lain dari Hanjeli seperti akar, batang, hingga daun dapat memberikan manfaat. 

"Misalnya akar tanaman bisa dimanfaatkan menjadi tanaman herbal, bagian batang dan daunnya dapat dijadikan makanan ternak, selain itu daunnya juga dapat diolah menjadi teh," ujar Sandi. 

Selain itu, kata dia, ada waduk atau embung penyimpanan air untuk keperluan pertanian yang juga dimanfaatkan untuk restorasi air. Tidak hanya itu, ada pula wisata edukasi Nyadap Karet. Wisatawan diajak belajar mengolah getah karet. Mulai dari menyadap dari pohon hingga melihat proses pengolahannya di pabrik. "Di Desa Wisata Hanjeli terdapat pabrik yang mengolah karet dari proses awal hingga bahan setengah jadi. Untuk mengikuti kegiatan ini, pengunjung dikenakan biaya Rp 50 ribu," ujarnya.

Sedangkan potensi seni dan budaya, desa itu memiliki tari warisan leluhur. Yakni Ibing Pasir Piring. Itu merupakan sebuah tarian yang menggambarkan kisah dan kehidupan sejarah mengenai asal asul nama Pasir Piring yang berada di Kecamatan Waluran. Tarian itu menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Padepokan Pasir Piring. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement