REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- YERUSALEM– Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) menyebut penistaan masjid suci Al Aqsa di Palestina, oleh penduduk illegal Yahudi hingga kini masih terus berlangsung.
Tindakan itu bahkan mendapat perlindungan dari otoritas Israel selama hari-hari libur panjang Yahudi pada September.
Ketua KNRP, Suripto, menjelaskan berdasarkan laporan dari Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, kelompok pemukim Israel berturut-turut menyerbu Masjid Al Aqsa.
Mereka datang dari sisi Gerbang Al Magharibah. Al Aqsa menjadi sasaran para pemukim yang menyerbu setiap hari dalam dua shift, pagi dan sore, dengan pengecualian hari Jumat dan Sabtu.
“Tentu ini sangat merendahkan kedaulatan Masjid Al Aqsa, bangsa Palestina, dan umat Muslim di seluruh dunia di mana kiblat pertama umat Islam dinistakan secara sistematis oleh otoritas penjajah. Kita menuntut negara-negara dunia Islam untuk bersuara atas propaganda yang sangat provokatif ini. Apalagi masjid ini lama kelamaan sudah mulai rapuh akibat penggalian terowongan di bawahnya," dalam rilis KNRP yang diterima Republika.co.id, Senin (26/9/2022).
Suripto menyebut penistaan terhadap masjid suci Al Aqsa sudah berlangsung puluhan tahun. Kejadian tersebut masih terus berlangsung dan lembaga dunia seperti PBB hanya bisa mengutuk tanpa bertindak.
“Kita akui bahwa Israel memang menguasai ekonomi dan politik di berbagai negara terutama di negara-negara adikuasa seperti Amerika. Memperjuangkan kemerdekaan Palestina bagi bangsa Indonesia bukan sekedar berdasarkan sentimen historis maupun agamis, tapi juga amanat dari Pembukaan UUD 1945. Kita harus aktif menghapuskan penjajahan, bukan sekedar mengutuk penjajahan," katanya.
Secara terpisah, pengamat sejarah Islam dan pendiri Pusat Kajian Sejarah, Hepi Andi Bastoni mengatakan umat Islam tidak bisa bersatu dalam membela Palestina. Menurutnya, ada dua faktor yang menghalanginya, yaitu dalam konteks sejarah dan konteks hari ini.
“Terkait sejarah, bagaimana keberadaan Israel di negeri Palestina didukung kuat kekuatan dunia pada Perang Dunia pertama yaitu Inggris dan sekutunya. Dan kedua, hari ini umat Islam terpecah menjadi beberapa negara bagian seperti Syam yang terpecah menjadi Yordania, Lebanon, Suriah, dan Palestina sendiri," ujarnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Irak, Kuwait, dan Mesir yang tidak memiliki kekuatan politik untuk menekan Israel. “Solusinya adalah umat Islam harus bersatu, dalam konteks lobi-lobi politik tingkat internasional untuk menekan dunia Barat agar mendukung Palestina,” tuturnya.