Selasa 27 Sep 2022 08:01 WIB

Kanada Jatuhkan Sanksi ke Polisi Moral Iran

Seperti Amerika Serikat, Kanada akan menjatuhkan sanksi kepada polisi moral Iran

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pada hari Rabu, 21 September 2022, foto yang diambil oleh seorang individu yang tidak dipekerjakan oleh Associated Press dan diperoleh oleh AP di luar Iran, pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan selama protes atas kematian seorang wanita yang ditahan oleh polisi moral, di pusat kota Teheran, Iran. Warga Iran melihat akses mereka ke Instagram, salah satu dari sedikit platform media sosial Barat yang masih tersedia di negara itu, terganggu pada hari Rabu setelah hari-hari protes massal.
Foto: AP/AP
Pada hari Rabu, 21 September 2022, foto yang diambil oleh seorang individu yang tidak dipekerjakan oleh Associated Press dan diperoleh oleh AP di luar Iran, pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan selama protes atas kematian seorang wanita yang ditahan oleh polisi moral, di pusat kota Teheran, Iran. Warga Iran melihat akses mereka ke Instagram, salah satu dari sedikit platform media sosial Barat yang masih tersedia di negara itu, terganggu pada hari Rabu setelah hari-hari protes massal.

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA – Kanada akan menjatuhkan sanksi kepada polisi moral Iran. Sebelumnya Amerika Serikat (AS) sudah terlebih dulu mengambil langkah demikian.

“Kami akan menerapkan sanksi kepada belasan individu dan entitas, termasuk apa yang disebut polisi moral Iran,” kata Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dalam konferensi pers, Senin (26/9/2022), dikutip laman Al Arabiya. Dia tak menjelaskan tentang sanksi semacam apa yang hendak dijatuhkan kepada para individu dan pihak terkait.

Baca Juga

Trudeau menyerukan dunia menuntut Iran untuk mengakhiri penindasan dan pengekangan terhadap seluruh warganya. “Kami menggabungkan suara kami, suara semua orang Kanada, kepada jutaan orang di seluruh dunia yang menuntut agar pemerintah Iran mendengarkan rakyat mereka, mengakhiri penindasan terhadap kebebasan dan hak-hak mereka serta membiarkan perempuan dan semua orang Iran menjalani hidup mereka dan mengekspresikan diri mereka secara damai,” ucapnya.

Saat ini Iran tengah menghadapi gejolak akibat tewasnya Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun. Sebelum meninggal, dia diduga dianiaya polisi moral Iran. Amini ditangkap pada 13 September lalu karena hijab yang dipakainya dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.

Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.

Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.

Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes.

Hingga berita ini ditulis, aparat keamanan Iran telah menangkap lebih dari 1.200 demonstran. Kerusuhan yang terjadi selama demonstrasi berlangsung juga sudah menyebabkan setidaknya 41 orang tewas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement