REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran menjelaskan bahwa tanda-tanda kebesaran Allah SWT adalah berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Bumi, langit dan benda-benda di alam semesata bergerak secara harmoni karena dipelihara oleh pencipta alam semesta yakni Allah.
Namun, sebagian manusia mengingkari fakta bahwa alam semesta dipelihara oleh Allah sehingga menjadi harmoni. Mereka mengingkari karena tidak mau mengakui keesaan-Nya. Hal ini dijelaskan dalam tafsir Surah Ar-Rum Ayat 25.
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ تَقُوْمَ السَّمَاۤءُ وَالْاَرْضُ بِاَمْرِهٖۗ ثُمَّ اِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةًۖ مِّنَ الْاَرْضِ اِذَآ اَنْتُمْ تَخْرُجُوْنَ
Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa berdirinya langit dan bumi dengan kehendak-Nya. Kemudian, apabila Dia memanggil kamu (pada hari Kiamat) dengan sekali panggil dari bumi, seketika itu kamu keluar (dari kubur). (QS Ar-Rum: 25)
Dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama, ayat ini menerangkan bahwa di antara tanda-tanda yang lain dari kekuasaan Allah adalah langit tanpa tiang penyangga dan bumi yang bulat tanpa ada tiang pancangnya.
Berdirinya langit dan bumi dengan iradat Allah mengandung arti bahwa eksistensi keduanya tetap dalam penjagaan dan pengaturan-Nya. Dengan iradat Allah (bi amrihi) di sini maksudnya adalah kekuasaan dan kesanggupan-Nya.
Bila seseorang berpendapat bahwa alam semesta ini, baik langit maupun bumi, telah ada sedemikian rupa menurut tabiatnya, tanpa dipelihara oleh Allah, bagaimana pula pendapat mereka tentang aturan alam yang sangat harmonis itu, sehingga yang satu dengan yang lainnya tidak pernah bertabrakan.
Sebagian manusia mengingkari alam ini ciptaan Allah dan berada di bawah penjagaan-Nya karena tidak mau mengakui keesaan-Nya.
Langit dan bumi akan tetap dalam keadaannya yang sekarang ini sampai datangnya suatu saat yang telah ditentukan, yaitu terjadinya Kiamat. Ketika saat itu datang, manusia akan memenuhi panggilan Tuhan untuk bangkit dari dalam kubur. Kapan datangnya hari kebangkitan itu tidak diketahui oleh seorang pun. Satu hal yang jelas adalah seruan kebangkitan itu datang setelah manusia semuanya mati.
Ungkapan “seketika itu kamu keluar (dari kubur)”, menunjukkan bahwa kebangkitan dari kubur itu langsung setelah seruan, tidak terlambat walaupun sesaat.
Firman Allah dalam ayat yang lain, \"Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan hidup), menuju kepada Tuhannya.\" (QS Yasin: 51)
Kata-kata “seketika itu” atau kata-kata “tiba-tiba” dalam ayat 25 ini ditujukan kepada mereka yang tidak menghendaki hari kebangkitan, dan tidak percaya dengan hari akhirat. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa apabila mereka dibangkitkan pada hari Kiamat, mereka tercengang dan merasa heran.
Lalu mereka berkata seperti yang diceritakan dalam Alquran, Mereka berkata, “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah Rasul-rasul-Nya. (QS Yasin: 52)