Tingkatkan Kesejahteraan, UMKM Wonosobo Dapat Pelatihan Literasi Keuangan
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Sekretaris Bappeda Kabupaten Wonosobo, Agus Dwiatmojo, memberikan sambutan pengarahan dalam acara Pelatihan Literasi Keuangan dan Keuangan Inklusif di Hotel Kresna, Selasa, (20/9/2022). | Foto: Dok. Pemkab Wonosobo
REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO -- Angka indeks pemberdayaan gender di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, baru mencapai 48,68 persen, termasuk paling rendah se-Jateng. Indeks literasi keuangan perempuan Wonosobo juga tergolong masih rendah yaitu 36,13 persen dibandingkan kaum laki-laki.
Menurut Sekretaris Bappeda Kabupaten Wonosobo, Agus Dwiatmojo, melalui peningkatan kapasitas literasi keuangan diharapkan mampu menyetarakan indeks pemberdayaan gender, khususnya bagi UMKM Komunitas Perempuan Pekerja Migran Desbumi Wonosobo.
Selain itu, diharapkan juga mampu meningkatkan taraf kesejahteraan, dan peningkatan kapasitas UMKM perempuan ke arah yang lebih maju dan berkembang.
“Saya berharap, melalui peningkatan kapasitas sisi literasi keuangan dapat meningkatkan indeks pemberdayaan gender antara laki-laki dan perempuan di Wonosobo yang mengarah pada kesejahteraan bersama,” kata Agus dalam acara Pelatihan Literasi Keuangan dan Keuangan Inklusif di Hotel Kresna, Wonosobo.
Ia berharap Social Analysis and Research Institute (SARI Solo) yang bekerja sama dengan Migrant CARE Jakarta dapat memperluas mitranya, hingga menjangkau semua desa di Wonosobo, memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial.
Menurut Dwi, produk dan manajemen yang sudah dibangun oleh SARI, didorong mampu mengakses lembaga keuangan yang ada dalam memperbesar nilai produksi dan pemasaran, tingkat kesejahteraan, dan manfaat.
"Melalui pelatihan ini, kita harus bisa melakukan perubahan untuk kemanfaatan masyarakat Kabupaten Wonosobo, terlebih sudah menjadi duta UMKM, yang diharap mampu membaca peluang pasar baik di dalam maupun luar negeri," ujar Agus.
Sementara itu, selaku fasilitator kegiatan, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sains Alquran Wonosobo (UNSIQ), Romandhon menekankan, pentingnya literasi keuangan untuk usaha yang sudah berjalan. Dengan demikian pelaku UMKM dapat menjalin kerja sama dengan pihak ekternal seperti investor, pemasok, kreditur, dan sebagainya guna memperluas usahanya.
Menurut Romadhon, sejak awal berusaha, UMKM harus memiliki perencanaan yang matang tentang analisis laba bisnis yang diperoleh. Juga evaluasi proses bisnis dan pengetahuan strategi pemasaran 4P secara berkelanjutan, sehingga pengembangan usahanya akan berjalan lebih baik dan terencana.
Sementara itu, Ketua SARI Tri Hananto menjelaskan, pelatihan ini sudah berjalan di tujuh desa di Wonosobo, yaitu Rogojati dan Mergosari Kecamatan Sukoharjo, Lipursari Kecamatan Leksono, Gondang dan Kuripan Kecamatan Watumalang, Ngadikusuman, dan Sindupaten Kecamatan Kertek.
Pendampingan juga terus dilakukan setiap bulannya. Salah satunya melalui diskusi pengembangan usaha, mengingat akses permodalan dan pengelolaan keuangannya yang masih buruk.
“Kendala di lapangan kami sering menemui akses permodalan, manajemen usaha, dan keuangan yang buruk, setiap bulan kami melakukan diskusi bagaimana membuat perencanaan tentang bisnis yang mereka kembangkan,” ujarnya.
Pelatihan diikuti 35 peserta dari perwakilan anggota kelompok MUIWO Desa Lipursari, kelompok Bumi Adikusuma Desa Ngadikusuman, kelompok Sindu Bumi Desa Sindupaten, kelompok Bumi Berkah Abadi Desa Gondang, kelompok Bumi Karya Mandiri Desa Kuripan, kelompok Bumi Sejati Desa Rogojati, serta kelompok Migran Bijak Desa Mergosari.
Selama pelatihan, peserta dibekali materi literasi keuangan dan keuangan inklusif, produk dan jasa lembaga keuangan perbankan, memilih produk dan jasa lembaga keuangan dan perbankan yang sesuai, serta cara mengakses produk dan jasa lembaga keuangan dan perbankan.
“Direncanakan, 2023 mendatang, akan kami lakukan perluasan wilayah kemitraan, yang menyasar Kecamatan Sukoharjo, Leksono, Watumalang, dan Kertek sebagai kantongnya daerah purna migran," tegas dia.