REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menyatakan, gula memang tidak secara langsung merusak jantung, tetapi secara perlahan dapat merusak regulasi gula di dalam darah. Gula yang dikonsumsi secara berlebih dapat merusak kesehatan jantung lewat regulasi gula-gula yang ada di dalam saluran darah.
“Sebenarnya konsumsi gula pada minuman tidak berefek langsung pada jantung. Dia merusak jantung kita melalui efek lain, yaitu regulasi gula dalam darah,” kata Ketua PERKI Radityo Prakoso dalam Talkshow Jantung Sehat untuk Semua yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa (27/9/2022).
Gula yang dikonsumsi secara berlebihan membuat regulasi dalam darah menjadi rusak, sehingga memicu orang tersebut terkena diabetes mellitus. Diabetes mellitus dapat mengganggu kesehatan jantung, karena hormon-hormon dalam tubuh seperti insulin yang dihasilkan oleh pankreas, akan bekerja lebih keras untuk mencerna gula.
Semakin tinggi kadar gula, tubuh membutuhkan kadar insulin yang lebih tinggi. “Insulin oleh pankreas itu kalau kerjanya terlalu banyak karena gulanya terlalu tinggi, dia butuh kadar insulin yang cukup sehingga akan ada kelelahan pada pankreasnya,” ujar Radityo.
Diabetes mellitus juga dapat terjadi karena reseptor di dalam tubuh pun akan terganggu akibat insulin mengalami desensitisasi. Radityo menyebutkan jika proses ini banyak terjadi pada penderita obesitas atau kegemukan.
Karena itu, dalam memperingati Hari Jantung Sedunia 2022, Radityo juga meminta agar semua pihak lebih peduli terhadap kondisi jantungnya dan mengurangi konsumsi gula dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, gula dapat dipastikan terus masuk ke dalam tubuh meski hanya mengkonsumsi nasi, singkong, semangkuk bakmi ataupun sekadar meminum teh manis.
“Makanya kalau kita sudah makan karbohidrat yang murni, makanan karbohidrat itu harus dikurangi. Tapi sekarang kita bisa menggantinya pakai gula dari buah-buahan, itu silahkan boleh,” katanya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti menambahkan bila konsumsi gula tidak boleh lebih dari 50 gram atau setara dengan empat sendok makan per hari. Sejumlah negara pun, kata dia, sudah menerapkan batasan konsumsi gula yang baik dikonsumsi dalam tubuh adalah 25 gram per hari.
Hal itu dijadikan upaya untuk mengurangi tingginya angka prevalensi penyakit jantung. “Mohon perhatikan, kalau seandainya gula dikonsumsi berlebihan, ini akan meningkatkan gula di dalam darah juga berpotensi untuk terkena diabetes. Oleh sebab itu, kita juga harus mengontrol asupan gula di dalam tubuh,” kata Eva.
Berdasarkan pengertian dalam laman resmi Kementerian Kesehatan RI, penyakit diabetes mellitus merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi, yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.