Rabu 28 Sep 2022 06:04 WIB

Dampak Buruk Terlalu Banyak Tidur pada Akhir Pekan

Jangan langsung mengecek ponsel begitu bangun tidur.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Dampak buruk terlalu banyak tidur pada akhir pekan. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Dampak buruk terlalu banyak tidur pada akhir pekan. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidur nyenyak pada akhir pekan terasa sangat menggoda, terutama jika seseorang kurang tidur selama hari kerja. Meski rasanya memuaskan, ada bahaya mengintai di balik jam tidur tambahan itu dan berimbas pada pola tidur secara keseluruhan.

Profesor psikiatri dan kesehatan perilaku di Universitas Stanford, Jamie Zeitzer, menjelaskan sisi positif dan negatif kebiasaan tidur pada akhir pekan. Sisi negatifnya, hal itu akan mengarah ke jadwal tidur tidak menentu dan menyebabkan sistem sirkadian menjadi lebih lemah.  

Baca Juga

Jam sirkadian adalah jam internal tubuh yang mengatur siklus tidur dan bangun. Sistem tersebut sangat dipengaruhi oleh cahaya. Pergi tidur saat terang atau bangun saat gelap terasa sangat tidak wajar karena itu melawan ritme sirkadian alami.

Zeitzer yang juga merupakan psikolog sirkadian mengatakan, itu tidak sepenuhnya harus dilarang. "Ada keseimbangan yang harus dicapai. Jika memang tidak cukup tidur, tidur sedikit sesekali (di akhir pekan) mungkin tidak sepenuhnya buruk," ujarnya, dikutip dari laman Inverse, Selasa (27/9/2022).

Perbedaan dalam ritme sirkadian seseorang bisa memengaruhi kebiasaan tidur, karena tidak semua jam sirkadian berfungsi dengan cara persis sama. Ada orang yang terbiasa bangun sebelum matahari terbit, sementara sebagiannya lagi kesulitan terjaga setiap pagi.

Salah satu hal yang dilakukan jam sirkadian adalah mengaktifkan mekanisme fisiologis tertentu yang membantu mempersiapkan seseorang untuk terjaga. Kortisol dilepaskan untuk mengantisipasi seseorang bangun. Perlu diingat bahwa salah satu hal yang dilakukan kortisol adalah melepaskan glukosa dalam darah. 

"Jadi, ketika Anda memiliki jadwal yang tidak menentu, waktu lonjakan kortisol dan glukosa tidak akan selaras dengan bangun tidur," kata Zeitzer.

Kondisi itu dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti diabetes tipe 2 dan obesitas. Psikolog klinis dan spesialis tidur, Whitney Roban, mengatakan aspek terpenting dari tidur yang sehat adalah jadwal tidur konsisten. Itu berarti tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, mungkin dengan fluktuasi satu jam di akhir pekan.

Ketika seseorang mengacaukan siklus tidurnya sendiri dengan tidur di akhir pekan, akan ada konsekuensinya. Meskipun itu mungkin terasa seperti melunasi utang waktu tidur, hasilnya mungkin tidak sebaik yang dipikirkan dan malah tidak mencapai tujuan istirahat.

Tidur sejak Jumat malam hingga Sabtu dan Ahad akan membuat seseorang merasa lebih sulit tidur pada Ahad malam. Alhasil, dia akan terbangun dengan kelelahan pada Senin. Karena itu, lebih disarankan tidur teratur setiap hari. Roban tahu betapa sulitnya bangun dari tempat tidur ketika masih lelah, tetapi menurutnya "pendidikan tidur" dapat membantu. Misalnya, dengan menumbuhkan kesadaran tentang siklus dan waktu tidur.

Jika seseorang tahu terus tidur di kamar saat sudah waktunya bangun hanya akan mengacaukan jadwal tidur, seseorang mungkin akan memaksa dirinya segera bangkit dari tempat tidur. Alarm bisa membantu, namun Roban lebih menyarankan setiap orang punya rutinitas pagi yang menyenangkan.

Dia menyarankan tidak langsung mengecek ponsel begitu seseorang bangun. "Lakukan sesuatu yang Anda sukai di pagi hari, sesuatu yang membuat Anda bersemangat untuk bangun dari tempat tidur. Entah minum secangkir kopi, menikmati udara segar dan sinar matahari, meditasi, atau yang lainnya," ujar Roban.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement