Oleh : Israr Itah, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Pengurus Pusat Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) mengeluarkan pernyataan soal perselisihan antara pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi (IP) dengan pemain asuhannya Kevin Sanjaya Sukamuljo pada Senin (26/9/2022). PBSI memastikan kedua belah pihak masih dalam naungan induk organisasi olahraga bulu tangkis Indonesia ini. Pernyataan dari PBSI ini muncul merespons pembahasan yang viral di media sosial tentang konflik kedua belah pihak setelah salah satu media nasional mengangkatnya ke permukaan.
Konflik antara Kevin dengan Herry IP sebenarnya sudah tercium oleh Badminton Lover (BL) Indonesia yang canggihnya luar biasa. Namun semuanya hanya sebatas menduga-duga. Perselisihan ini barulah viral setelah diberitakan media.
Kevin sempat lama tidak berlatih di Pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, di bawah kendali Herry IP meskipun masih berpasangan dengan Marcus Fernaldi Gideon. Ia berlatih mandiri dengan pelatih asal klubnya PB Djarum di TH Arena, Jakarta Timur. Adapun Marcus masih berlatih di Cipayung. Namun mereka masih berpasangan karena terikat kontrak dengan apparel pendukung yang sudah mengeluarkan duit miliaran untuk Minions. Belakangan, Kevin kembali berlatih di Cipayung di bawah arahan pelatih Aryono Miranat. Namun, ia tak bergabung dengan Marcus dan pemain-pemain lain yang diawasi oleh Herry IP.
Fakta ini seolah melengkapi tahun 2022 yang tak ramah untuk Kevin, dan juga Marcus. Ganda terkuat Indonesia ini kehilangan posisinya di ranking pertama Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) bulan ini setelah rentetan kegagalan di sejumlah turnamen sepanjang 2022. Minions, julukan mereka, turun ke posisi kedua, digusur oleh pasangan Jepang Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Padahal, Kevin/Marcus menduduki ranking pertama sejak 2017 dan bertahan di sana selama lima tahun.
Pada awal 2022, Minions tersendat karena Marcus harus menjalani operasi tulang tumbuh di kakinya. Akibatnya, pasangan ini harus absen dalam beberapa turnamen. Saat Marcus pulih, mereka tak dalam kondisi prima sehingga memetik kegagalan dari turnamen ke turnamen.
Dalam kondisi kurang ideal ini, perselisihan dilaporkan muncul karena Kevin tak menerima kritikan dari Herry IP yang disampaikan lewat media soal bahasa tubuhnya saat tersingkir pada babak kedua Indonesia Open 2022. Kevin ngambek dan menolak berlatih di bawah pelatih yang punya julukan Naga Api. Padahal, menurut saya, komentar yang disampaikan Herry IP tak nyelekit-nyelekit amat. Herry IP hanya ingin Kevin menunjukkan bahasa tubuh layaknya juara saat beraksi di lapangan.
Saya menyimpulkan ini lebih kepada persoalan komunikasi yang tersumbat. Harus ada pihak dari PBSI yang disegani kedua belah pihak untuk menjembatani komunikasi mereka, sehingga Kevin bisa menyampaikan uneg-unegnya dengan gamblang dan apa yang ia harapkan ke depannya. Begitu pula dengan coach Naga Api yang bisa mengutarakan harapannya. Di sana, dicari titik temu terbaik agar ada rekonsiliasi tercipta. Sebab, perselisihan ini merugikan PBSI juga.
Suka atau tidak, Kevin merupakan salah satu talenta hebat yang dimiliki Indonesia di bulu tangkis. Sosoknya yang nyentrik di lapangan, diimbangi dengan skill-nya, terutama dalam bermain adu drive yang menakutkan lawan-lawannya. Namun di sisi lain, Herry IP juga pelatih bertangan dingin. Andai PBSI mengorbankan Herry IP demi mengakomodasi Kevin, akan jadi kehilangan besar bagi Pelatnas Cipayung. Sebab coach Naga Api selalu ada di belakang kesuksesan ganda putra Indonesia dari masa lalu hingga sekarang. Pasangan Candra Wijaya/Sigit Budiarto, Candra Wijaya/Toni Gunawan, Markis Kido/Hendra Setiawan, Muhammad Ahsan/Hendra Setiawan, dan Kevin/Marcus mencapai kejayaan tak lepas dari polesan Herry IP.
Telah bekerja sama selama bertahun-tahun harusnya membuat hambatan komunikasi bisa dirobohkan. Herry IP semestinya mengenal cara berkomunikasi dengan individu unik seperti Kevin, begitu pula sebaliknya. Menurut saya, ketegangan dari buruknya prestasi sepanjang 2022 berperan dalam sumbatan komunikasi. Kedua belah pihak bisa mengingat masa-masa manis pada masa lalu yang bergelimang prestasi daripada hanyut pada kekesalan yang tidak “dimuntahkan” dengan cara dan waktu yang tepat.
Saya tak mau terjebak dalam pembicaraan soal attitude Kevin yang "nyentrik" dan "unik. Bagi saya, Kevin diperlukan untuk mengangkat nama Indonesia di dunia internasional. Akan sayang jika ia tetap memilih meninggalkan Cipayung. Saya termasuk dalam golongan orang yang berpikir Kevin tak akan kembali ke jalur kesuksesan jika tetap pada pendiriannya keluar dan mencari pasangan baru.
Andai bisa “mengajak” Marcus mengikutinya meninggalkan Cipayung juga tak lantas membuat Minions bisa dengan mudah kembali menjadi nomor satu. Selain pelatih, masalah utamanya adalah menemukan lawan sparring sepadan jika berlatih mandiri. Legenda bulu tangkis Indonesia Hendra Setiawan memahami betul hal ini karena sempat berlatih mandiri saat dulu memutuskan keluar dari Cipayung saat berpasangan denga almarhum Markis Kido. Kini dengan Mohammad Ahsan, Hendra berlatih di Cipayung meskipun bukan penghuni Pelatnas alias berstatus pemain sparring. Rekan berlatih menjadi elemen yang cukup menentukan untuk kesuksesan seorang atlet atau pasangan bulu tangkis.
Sementara Herry IP praktis dalam posisi lebih baik. Andai Kevin pergi, ia masih punya barisan pemain yang siap mentas. Mungkin kemampuannya tak sedahsyat Kevin, tapi menurut saya jaraknya tak jauh-jauh amat. PBSI punya Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri. Ada juga Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yakob Rambitan serta Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin. Yang membedakan hanya mental dalam menghadapi situasi tekanan di pertandingan level atas. Dari sisi teknis, mereka juga termasuk pemain jempolan.
Jadi, sekali lagi, saya berharap PBSI segera menyelesaikan persoalan ini tanpa mengorbankan siapa pun. Kalau perlu melibatkan orang tua Kevin, saya kira tak masalah. Mari rekonsiliasi, demi kejayaan Merah-Putih.