REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden China Xi Jinping pada Selasa (27/9/2022) kembali muncul di hadapan publik. Kemunculan Xi menjawab rumor yang beredar luas bahwa terjadi kudeta militer di China dan dia ditempatkan dalam tahanan rumah.
Dalam sebuah tayangan di televisi pemerintah, Xi menghadiri pameran di Aula Pameran Beijing dengan tema “Melangkah Maju ke Era Baru.” Dia didampingi oleh Perdana Menteri Li Keqiang dan para pemimpin tinggi lainnya. Dalam kunjungan tesebut, Xi melihat-lihat beberapa pajangan dan mengomentari kemajuan ekonomi China selama dekade terakhir.
Kunjungan itu adalah penampilan pertama Xi di televisi, sejak dia kembali dari pertemuan puncak regional di Uzbekistan akhir pekan lalu. Di bawah peraturan pandemi China, Xi harus menjalani isolasi mandiri selama seminggu setelah kembali dari luar negeri.
Xi secara luas dianggap sebagai pemimpin China yang paling kuat dalam beberapa dekade. Dia diketahui tidak memiliki penantang aktif, dan telah menghapus batasan masa jabatan konstitusional sehingga memungkinkan dia untuk memerintah seumur hidup.
Bukan hal yang aneh bagi para pemimpin China ketika tidak terlihat selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu di hadapan publik. Mereka biasanya tidak muncul di publik karena menghadiri pertemuan politik informal yang diadakan di resor tepi pantai Beidaihe setiap musim panas.
Namun, Xi menghilang dari publik beberapa minggu sebelum kongres Partai Komunis China yang digelar setiap lima tahun sekali. Hal ini menimbulkan rumor bahwa Xi berada dalam tahanan rumah dan terjadi kudeta militer di China. Xi diperkirakan akan menerima masa jabatan lima tahun ketiga sebagai pemimpin partai pada kongres yang dimulai 16 Oktober.
Profesor Studi China dan Direktur Institut Lau China di King's College London, Kerry Brown, mengatakan, dia sangat skeptis bahwa ada hal lain yang perlu dibaca dalam ketidakhadiran singkat Xi.
"Saya kira jika ada ketidakpuasan mendalam dengan kepemimpinan Xi di kalangan elit, kita akan melihat setidaknya sedikit bukti. Saya tidak berpikir kita telah melihat banyak bukti tentang itu," ujarnya.
Brown mengatakan, Partai Komunis China secara inheren menghindari risiko. Brown menilai, setiap orang atau kelompok yang berusaha melakukan tindakan radikal seperti itu akan mengalami kesulitan untuk menyerang Xi.
Desas-desus tentang kudeta dan pertikaian bukanlah hal yang aneh menjelang tanggal politik yang sensitif. Brown mengatakan, rumor kudeta militer di Beijing sangat tidak kredibel.
"Saya pikir itu angan-angan mungkin di Hong Kong dan di tempat lain. Saya tidak akan berpikir itu sangat kredibel," kata Brown.