Rabu 28 Sep 2022 13:20 WIB

Menanti Keberanian Southgate Utak-Atik Skema Permainan Timnas Inggris

Publik Inggris akan menanti keberanian Southgate dalam mengubah komposisi pemain.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate.
Foto: AP/Kirsty Wigglesworth
Pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Roda kehidupan seolah berjalan lebih cepat buat seorang pelatih sepak bola. Dielu-elukan saat mampu membawa tim yang ditanganinya meraih kemenangan, tapi langsung menjadi bahan cemoohan kala anak-anak asuhnya menjadi bulan-bulanan tim lawan.

Situasi ini yang tengah dihadapi pelatih timnas Inggris, Gareth Southgate. Mendapatkan berbagai pujian usai membawa Inggris finis di peringkat keempat Piala Dunia 2018 dan melaju ke partai final Piala Eropa 2020, Southgate dianggap pelatih yang jenius.

Baca Juga

Dalam rentang waktu dua tahun sejak ditunjuk sebagai pelatih tim utama Inggris, Southgate dinilai mampu menyulap timnas Inggris menjadi skuad yang lebih kompetitif. Optimisme terhadap performa the Three Lions pun mulai merebak di seantero daratan Inggris.

Namun, hanya berselang setahun setelah Inggris tampil di partai final Piala Eropa 2020, optimisme itu mulai menguap. Rentetan hasil buruk ditorehkan Harry Kane dkk. Sorotan kemudian langsung tertuju ke Southgate.

Hasil imbang, 3-3-, saat menjamu Jerman di laga pamungkas penyisihan Grup A3 UEFA Nations League, Selasa (27/9/2022) dini hari WIB, memperpanjang rekor buruk the Three Lions. Enam laga tanpa kemenangan menjadi rekor terburuk penampilan timnas Inggris sejak 1993 silam. Tanpa satu pun kemenangan di pentas UEFA Nations League, Inggris dipastikan terdegradasi ke Grup B.

''Anda tidak tahu apa yang Anda lakukan,'' teriak sejumlah suporter Inggris kepada Southgate usai Inggris dipermalukan Hungaria, 0-4, pertengahan Juni 2022. Pun dengan sorakan terhadap pelatih berusia 52 tahun itu saat Inggris membawa pulang kekalahan dari lawatan ke Italia, akhir pekan lalu. Ini bisa dibilang menjadi periode terburuk Southgate bersama the Three Lions sejak enam tahun lalu dipromosikan dari kursi pelatih timnas Inggris U-21.

Menilik apa yang dilakukan eks pelatih Middlesbrough itu dalam meramu timnas Inggris pada beberapa bulan terakhir, Southgate sepertinya memang layak menjadi penyebab periode buruk the The Three Lions. Southgate terkesan enggan mengambil risiko dalam pemilihan penggawa timnas Inggris, terutama dalam merombak kompisisi pemain belakang.

Pemain-pemain yang jarang mendapatkan kesempatan tampil di level klub justru masih diberi kepercayaan di timnas Inggris. Sebut saja Harry Maguire dan Luke Shaw, yang kesulitan menembus tim inti Manchester United pada musim ini. Dua pemain tersebut dipercaya tampil sebagai starter di laga kontra Jerman.

Padahal, Southgate memiliki opsi pemain yang dinilai jauh lebih baik. Performa Fikayo Tomori bersama AC Milan pada musim lalu dianggap sudah menjadi modal yang besar buat mantan bek Chelsea itu untuk muncul sebagai andalan baru di lini belakang the Three Lions. Namun, Southgate bersikeras. Tomori malah menjadi salah satu pemain yang ditinggalkan di laga kontra Jerman.

''Kami percaya dengan apa yang kami lakukan dan rencana kami. Ujian sebenarnya adalah saat kami berada dalam kesulitan,'' kata Southgate seperti dilansir Sky Sports.

Southgate masih memiliki waktu untuk mengubah pendiriannya tersebut. Terhitung delapan pekan atau sekitar 62 hari dari hari ini, Selasa (27/9/2022), Inggris sudah mengawali kiprah di putaran final Piala Dunia 2022, tepatnya saat menghadapi Iran di Stadion Khalifa Internasional.

Selama periode tersebut, publik Inggris akan menanti keberanian Southgate dalam mengubah komposisi pemain the Three Lions. Sang juru taktik sebenarnya tidak perlu melihat terlalu jauh untuk mencari contoh.

Keputusan Southgate untuk memberikan kepercayaan Jude Bellingham tampil sebagai starter di dua laga terakhir terbukti mampu memberikan kesegaran di lini tengah the Three Lions. Gelandang berusia 19 tahun itu menjadi motor utama permainan Inggris di lapangan tengah dan tampil begitu energik. Setidaknya kemunculan Bellingham menjadi satu nilai positif dari rentetan hasil buruk Inggris di laga tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement