Rabu 28 Sep 2022 14:57 WIB

Mentan Tegaskan Pangan Bagian dari HAM di AMM G20

Mentan mendorong negara G20 menciptakan sistem pertanian tangguh dan berkelanjutan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo saat menyampaikan sambutan dalam Global Forum Agriculture Ministerial Meeting (AMM) G20 di Bali, Selasa (27/9/2022).
Foto: Dok Kementan
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo saat menyampaikan sambutan dalam Global Forum Agriculture Ministerial Meeting (AMM) G20 di Bali, Selasa (27/9/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo saat memimpin pertemuan menteri pertanian (AMM) G20 di Bali pada Rabu (28/9/022) menegaskan pangan merupakan hak asasi manusia (human rights) sehingga perlu ada komitmen bersama untuk mengatasi persoalan krisis pangan. Menurut Syahrul, kehadiran delegasi negara G20 di Agriculture Ministers Meeting (AMM) di Jimbaran, Badung, Bali menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen dari para anggota untuk bekerja sama mengatasi persoalan krisis pangan dan kelaparan.

"Persoalan tentang pangan adalah persoalan yang berkaitan dengan human rights. Kehadiran seluruh delegasi di sini menunjukkan komitmen kita semua untuk mengatasi ancaman krisis pangan global dan dukungan penuh kepada Presidensi G20 Indonesia," kata Syahrul Yasin Limpo saat membuka sesi G20 AMM.

Baca Juga

Dalam kesempatan yang sama, ia menyampaikan Laporan Status Ketahanan Pangan dan Gizi Dunia pada 2022 memperkirakan pandemi Covid-19 menyebabkan kasus kekurangan gizi kronis bertambah sampai 150 juta orang. Selain itu kasus kelaparan juga meningkat 702 juta-828 juta orang. Padahal, menurut laporan yang sama, kasus kelaparan pada 2021 mencapai 670 juta jiwa.

Tidak hanya pandemi, dampak perubahan iklim dan ketegangan politik yang diikuti dengan aksi blokade juga diyakini memperburuk ancaman krisis pangan dan kelaparan. Oleh karena itu, Mentan mengajak negara anggota G20 untuk bersama-sama memikirkan strategi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang untuk mempercepat transformasi sistem pertanian dan pangan yang lebih tangguh, resilien, efisien, dan inklusif.

Demi mewujudkan itu, Indonesia mengusulkan tiga isu prioritas pada pertemuan menteri pertanian G20 tahun ini. Pertama, Indonesia mendorong negara G20 menciptakan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kedua, Indonesia mengajak negara G20 memastikan perdagangan pertanian tetap terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan, dan nondiskriminatif demi memastikan ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau untuk semua.

"Terakhir, kewirausahaan pertanian inovatif melalui pertanian melalui pertanian digital untuk meningkatkan penghidupan petani di perdesaan," kata Syahrul ke para delegasi G20.

Setidaknya ada 138 orang dari 17 negara anggota G20 dan enam negara undangan, serta perwakilan dari organisasi internasional yang hadir pada AMM G20. Enam negara yang menjadi tamu undangan pada G20 AMM tahun ini antara lain Rwanda, Kamboja, Fiji, Singapura, dan Uni Emirat Arab.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement