REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Putri mantan Presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani ditangkap pada Selasa (27/9/2022) malam. Penangkapan itu terkait dugaan dia menghasut kerusuhan setelah kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral.
Sebuah laporan oleh kantor berita semi-resmi pemerintah Iran Tasnim mengatakan, Faezeh Hashemi ditangkap agen keamanan karena menghasut kerusuhan di Teheran timur. Dia dituduh melakukan provokasi yang gagal membawa orang untuk turun ke jalan.
Teheran dan kota-kota besar Iran lainnya telah diguncang protes sejak kematian Amini dalam tahanan polisi pekan lalu. Dalam beberapa hari terakhir, protes telah berubah menjadi kekerasan, menewaskan sedikitnya 41 orang, termasuk warga sipil dan petugas polisi. Ratusan orang juga telah ditangkap, termasuk para aktivis.
Hashemi merupakan aktivis hak-hak perempuan terkemuka berusia 59 tahun. Dia memiliki sejarah bentrok dengan badan-badan keamanan Iran atas dugaan kegiatan "anti-pemerintah".
Pada Juli tahun ini, dia didakwa dengan aktivitas propaganda melawan pemerintah Iran atas komentarnya dalam sebuah wawancara. Dalam kesempatan itu dia membahas penghapusan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dari daftar organisasi teroris asing Departemen Luar Negeri AS.
Pada September 2012, Hashemi menghabiskan enam bulan di penjara Teheran atas tuduhan kegiatan propaganda setelah dilaporkan menyebut pengadilan Iran sebagai preman dan penjahat yang menargetkan orang. Sebelum itu, dia ditangkap beberapa kali selama kerusuhan 2009, yang dipicu sengketa pemilihan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Ayah Hashemi menjabat presiden negara itu antara 1989 hingga 1997. Rafsanjani memegang banyak posisi penting lainnya selama karier politiknya sebelum meninggal pada 2017.