Rabu 28 Sep 2022 15:48 WIB

Putri Mantan Presiden Iran Ditangkap

Putri mantan Presiden Iran diduga memprovokasi kerusuhan setelah kematian Mahsa Amini

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Wanita memegang gambar Mahsa Amini Iran saat mereka meneriakkan slogan-slogan selama protes terhadap kematiannya, di luar konsulat jenderal Iran di Istanbul, Turki, Rabu, 21 September 2022. Protes telah meletus di seluruh Iran dalam beberapa hari terakhir setelah Amini, 22- wanita berusia tahun, meninggal saat ditahan oleh polisi moral karena melanggar aturan berpakaian Islami yang diterapkan secara ketat di negara itu.
Foto: AP/Francisco Seco
Wanita memegang gambar Mahsa Amini Iran saat mereka meneriakkan slogan-slogan selama protes terhadap kematiannya, di luar konsulat jenderal Iran di Istanbul, Turki, Rabu, 21 September 2022. Protes telah meletus di seluruh Iran dalam beberapa hari terakhir setelah Amini, 22- wanita berusia tahun, meninggal saat ditahan oleh polisi moral karena melanggar aturan berpakaian Islami yang diterapkan secara ketat di negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Putri mantan Presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani ditangkap pada Selasa (27/9/2022) malam. Penangkapan itu terkait dugaan dia menghasut kerusuhan setelah kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral.

Sebuah laporan oleh kantor berita semi-resmi pemerintah Iran Tasnim mengatakan, Faezeh Hashemi ditangkap agen keamanan karena menghasut kerusuhan di Teheran timur. Dia dituduh melakukan provokasi yang gagal membawa orang untuk turun ke jalan.

Baca Juga

Teheran dan kota-kota besar Iran lainnya telah diguncang protes sejak kematian Amini dalam tahanan polisi pekan lalu. Dalam beberapa hari terakhir, protes telah berubah menjadi kekerasan, menewaskan sedikitnya 41 orang, termasuk warga sipil dan petugas polisi. Ratusan orang juga telah ditangkap, termasuk para aktivis.

Hashemi merupakan aktivis hak-hak perempuan terkemuka berusia 59 tahun. Dia memiliki sejarah bentrok dengan badan-badan keamanan Iran atas dugaan kegiatan "anti-pemerintah".

Pada Juli tahun ini, dia didakwa dengan aktivitas propaganda melawan pemerintah Iran atas komentarnya dalam sebuah wawancara. Dalam kesempatan itu dia membahas penghapusan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dari daftar organisasi teroris asing Departemen Luar Negeri AS.

Pada September 2012, Hashemi menghabiskan enam bulan di penjara Teheran atas tuduhan kegiatan propaganda setelah dilaporkan menyebut pengadilan Iran sebagai preman dan penjahat yang menargetkan orang. Sebelum itu, dia ditangkap beberapa kali selama kerusuhan 2009, yang dipicu sengketa pemilihan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Ayah Hashemi menjabat presiden negara itu antara 1989 hingga 1997. Rafsanjani  memegang banyak posisi penting lainnya selama karier politiknya  sebelum meninggal pada 2017.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement