KURUSETRA -- Salam Sedulur... Bagi masyarakat Jawa, ada salah satu tradisi yang kini nyaris sudah ditinggalkan, terutama bagi yang tinggal di kota-kota besar, yakni upacara Tedak Sinten. Upacara khas masyarakat Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Cirebon ini digelar ketika seorang bayi sudah menginjak usia 7 tahun dengan sebutan "turun tanah".
Upacara turun tanah ini adalah rangkaian prosesi adat tradisi daur hidup masyarakat Jawa yang mulai jarang dilaksanakan. Tedak Siten berasal dari bahasa Jawa. Tedak artinya melangkah, dan siten berarti tanah atau bumi. Secara harfiah Tedak Siten berarti berarti melangkah di tanah atau bumi bagi seorang anak untuk pertama kalinya.
BACA JUGA: Apakah Arab Saudi Merayakan Maulid Nabi?
Masyarakat Jawa percaya tanah memiliki kekuatan gaib. Sehingga upacara Tedak Siten digelar saat anak berusia 8 bulan kalender Masehi atau 7 lapan dalam kalendar Jawa (satu lapan sama dengan 35 hari, jadi 7 x 35 hari berarti 245 hari) yaitu ketika bayi mulai belajar duduk dan berjalan di tanah.
Tradisi ini menyimbolkan bimbingan orang tua kepada anaknya dalam meniti kehidupan lewat serangkaian prosesi dan ubarampe yang digunakan. Dalam upacara Tedak Siten disiapkan Uba Rampe atau perlengkapan, yakni:
1. Jadah 7 (tujuh) warna warni
2. Tangga yang terbuat dari tebu
3. Kurungan ayam yang diisi dengan barang/benda, alat tulis, mainan dalam berbagai bentuk
4. Air embun untuk membasuh dan memandikan anak
5. Ayam panggang, pisang raja.
6. Udhik-udhik
7. jajan pasar, berbagai jenis jenang-jenangan, tumpeng lengkap dengan gudangan dan nasi kuning.
BACA JUGA: Cerita Penggusuran Makam-Makam Keramat di Jakarta, Dibongkar Ternyata Isinya Kosong
Dalam proses upacara Tedak Siten ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan:
1. Membersihkan kaki
Orang tua akan menggendong anaknya untuk dicuci bersih kakinya sebelum menginjakkan kaki di tanah. Maknanya anak mulai menapaki tanah, yang berarti mulai menapaki kehidupan yang perlu dilakukan dengan suci hati.
2. Berjalan melewati tujuh jadah
Anak bayi dituntun berjalan di atas jadah, sejenis kue dari beras ketan. Jumlahnya tujuh buah dengan warna yang berbeda-beda yakni merah, putih, hijau, kuning, biru, merah jambu, dan ungu. Tujuh dalam bahasa jawa disebut pitu, dengan harapan si anak kelak dalam mengatasi kesulitan hidup selalu mendapat pitulungan atau pertolongan dari Yang Maha Kuasa.
BACA JUGA: Sejarah Rebo Wekasan dan Mitos Puasa Tolak Bala dalam Tradisi Jawa dan Ajaran Islam
3. Tangga dari Tebu Wulung
Orang tua mengajak anak menaiki tujuh tangga yang terbuat dari batang tebu. Tebu berasal dari kata antebing kalbu yang berarti penuh tekad dan rasa percaya diri.
Ritual ini menjadi penggambaran sang anak akan menghadapi perjalanan hidup selangkah demi selangkah hingga mencapai puncak.
BACA JUGA: Ruwatan, Tradisi Masyarakat Jawa untuk Bebaskan Manusia dari Dosa
4. Kurungan
Kurungan atau sangkar ayam di dalamnya disimpan berbagai benda, seperti perhiasan, buku tulis, beras, mainan, dan lain sebagainya. Kurungan ayam ini menggambarkan kehidupan nyata yang akan dimasuki oleh anak kelak jika dewasa. Benda yang ada di dalam kurungan nantinya akan diambil oleh anak menggambarkan profesi yang ingin dijalani kelak jika sudah dewasa.
5. Memandikan Anak
Sang anak akan dimandikan dengan air yang diambil pada malam hari sekitar pukul 10-12 malam. Kemudian air itu diembunkan di luar rumah sampai keesok hari terkena matahari sebelum dipakai untuk mandi dengan tambahan bunga. Makna proses ini adalah agar kelak sang anak dapat mengharumkan keluarga dan membanggakan.
BACA JUGA: Lirik Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet Viral dan Diprotes Ulama-Ulama Jawa Timur
6. Udhik-udhik adalah uang logam yang dicampur dengan bermacam-macam bunga. Udhik-udhik disebar dan dibagikan kepada anak-anak serta orang dewasa yang hadir. Harapannya sang anak akan diberikan rezeki yang melimpah dan tidak pelit bersedekah.
.
TONTON VIDEO PILIHAN:
.
BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:
> FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu MP3 dan MP4, Cukup Ketik Judul Lalu Save di HP
> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab
> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan
> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?
> Download Lagu MP3 Gratis dari YouTube Pakai MP3 Juice Lalu Simpan di HP: Cepat dan Mudah
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.