Kamis 29 Sep 2022 04:02 WIB

Ketagihan Vape Bahayakan Remaja, Apa yang Harus Dilakukan?

Vape bukan untuk remaja dan orang yang tidak pernah merokok tetap harus menjauhinya.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
 Aneka varian cairan rokok elektrik (vape). Satu dari lima anak berusia 15 tahun di Inggris menggunakan rokok elektrik, menurut statistik dari National Health Service (NHS) Digital.
Foto: Republika/ Wihdan
Aneka varian cairan rokok elektrik (vape). Satu dari lima anak berusia 15 tahun di Inggris menggunakan rokok elektrik, menurut statistik dari National Health Service (NHS) Digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ibu bernama Sarah dari Plymouth, Inggris mengaku terkejut saat pertama kali mengetahui putrinya yang berusia 14 tahun, Lizzie, telah memiliki vape. Padahal, ia dan suami mengaku bukanlah seorang perokok.

"Tidak mungkin dia terlihat berusia 18 tahun, harus ada peraturan lebih ketat untuk penjualan vape," kata dia, seperti dikutip The Sun, Rabu (28/9/2022).

Baca Juga

Satu dari lima anak berusia 15 tahun di Inggris menggunakan rokok elektrik, menurut statistik dari National Health Service (NHS) Digital. Sementara itu, survei dari Action on Smoking and Health (ASH) menemukan vaping meningkat hampir dua kali lipat di antara anak berusia 11 hingga 17 tahun di Skotlandia dalam dua tahun, naik dari empat persen pada 2020 menjadi tujuh persen pada 2022.

Jumlah anak yang mengaku mencobanya juga meningkat, dari 14 persen menjadi 16 persen. Dr Mike McKean, Wakil Presiden Kebijakan Royal College of Paediatrics and Child Health, mengatakan lebih banyak yang harus dilakukan untuk mencegah anak memulai vaping.

NHS merekomendasikan penggunaan rokok elektrik sebagai bantuan untuk berhenti merokok karena dinilai kurang berbahaya daripada rokok. Vape tidak membakar tembakau atau menghasilkan tar, karbon monoksida beracun, yang keduanya ditemukan dalam asap tembakau.

Vape juga dirancang agar menghirup nikotin, bukan asap beracun. Tapi nikotin sangat adiktif dan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, detak jantung, serta penyempitan arteri.

Para ahli meyakini bahwa merek yang imut, penuh warna, dan aneka macam rasa manis pada vape memainkan peran utama dalam daya tarik bagi remaja. Sebuah studi dari University College London mengungkapkan bahwa anak muda yang tidak pernah merokok atau vaping memperhatikan pemasaran rokok elektrik pada tingkat yang lebih tinggi secara konsisten daripada orang dewasa yang merokok.

Saat ini, ada batasan seputar vape, termasuk aturan ketat tentang berapa banyak nikotin yang dapat dikandungnya. Akan tetapi, Dr Mike mengatakan lebih banyak yang harus dilakukan untuk menghentikan itu menarik bagi anak-anak.

Pembatasan yang lebih ketat pada iklan produk vaping dinilai diperlukan untuk memastikan produk hanya diiklankan sebagai bantuan pengurangan rokok daripada produk gaya hidup yang menyenangkan dan penuh warna. "Jika tidak segera diambil tindakan, kita berisiko memiliki generasi anak-anak yang kecanduan nikotin," ujar Dr Mike.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang muda yang menggunakan rokok elektrik dua kali lebih mungkin menderita batuk kronis daripada non-pengguna. Vaping juga telah ditemukan untuk mengurangi fungsi paru-paru. Di Korea Selatan, penelitian telah menunjukkan hal itu terkait dengan penyakit gusi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement