REPUBLIKA.CO.ID., BRUSSELS -- NATO mengikuti dari dekat laporan yang menimbulkan "keprihatinan besar" dari Laut Baltik tentang kebocoran pipa gas Nord Stream Rusia, kata Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg pada Selasa (27/9/2022).
Stoltenberg menegaskan bahwa “sangat penting untuk mendapatkan semua fakta di atas meja” dan oleh karena itu NATO memantau dengan cermat perkembangannya.
Pernyataan kepala NATO itu muncul setelah otoritas Swedia dan Denmark mengkonfirmasi bahwa ada aliran gas keluar dari pipa di bawah Laut Baltik.
Dalam pidatonya kepada anggota parlemen Uni Eropa, Stoltenberg juga mengungkapkan bahwa "referendum palsu" yang diselenggarakan di empat wilayah Ukraina dikombinasikan dengan mobilisasi dan retorika nuklir adalah "eskalasi konflik lebih lanjut" yang hanya akan menyebabkan lebih banyak kematian dan lebih banyak penderitaan.
Dia mengatakan "penggunaan senjata nuklir apa pun benar-benar tidak dapat diterima."
“Rusia harus tahu bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan, tidak boleh dilawan,” kata Stoltenberg, seraya menambahkan bahwa sangat tidak mungkin Moskow benar-benar mengerahkan persenjataan nuklirnya.
Mengulangi dukungan NATO terhadap Ukraina dalam menghadapi “perang brutal agresi” Rusia, Stoltenberg menggarisbawahi bahwa NATO harus terus bereaksi.
Jika tidak, “kami sebenarnya membahayakan tidak hanya keamanan Ukraina tetapi juga keamanan kami sendiri” karena Presiden Rusia Vladimir Putin atau pemimpin lainnya dapat menyimpulkan bahwa “mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan” dengan menggunakan kekuatan militer dan melanggar hukum internasional, tukas dia.