Kamis 29 Sep 2022 08:54 WIB

Warga Rusia yang Gabung dengan Pasukan Cadangan tidak Diberikan Paspor

Rusia tidak akan berikan paspor pada warga yang terpilih dalam pasukan cadangan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Rusia tidak akan memberikan paspor kepada warganya yang terpilih dalam pasukan cadangan untuk berperang di Ukraina.
Foto: Vladimir Tretyakov/NUR.KZ via AP
Rusia tidak akan memberikan paspor kepada warganya yang terpilih dalam pasukan cadangan untuk berperang di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia tidak akan memberikan paspor kepada warganya yang terpilih dalam pasukan cadangan untuk berperang di Ukraina. Langkah ini diambil karena kekhawatiran pembatasan perjalanan meningkat dan puluhan ribu orang bergegas meninggalkan Rusia di tengah mobilisasi pasukan cadangan.

“Jika seorang warga negara dipanggil untuk dinas militer atau menerima panggilan (untuk mobilisasi), paspornya akan ditolak,” kata situs web pemerintah, dilansir Alarabiya, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga

Sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi untuk menopang tentara Rusia di Ukraina, puluhan ribu telah melarikan diri ke negara-negara tetangga untuk menghindari wajib militer. Banyak yang khawatir bahwa pria usia wajib militer akan dilarang meninggalkan Rusia.  

Rusia  memiliki sistem paspor internal atau dokumen yang digunakan sebagai tanda pengenal, dan diterima di beberapa negara tetangga bekas Soviet. Hanya sebagian kecil orang Rusia yang memiliki paspor, sehingga mereka dapat bepergian ke negara yang bukan bekas Soviet.

Warga Rusia dapat melakukan perjalanan ke Armenia, Belarus, Kazakhstan, dan Kirgistan dengan paspor internal. Sebagian besar warga Rusia telah melarikan diri ke negara-negara tersebut sejak Putin mengumumkan mobilisasi.

Eksodus massal pria Rusia mulai berlangsung pada 21 September, tak lama setelah pidato Putin yang menyerukan mobilisasi pasukan cadangan. Awalnya, mereka membeli tiket pesawat dengan harga yang melonjak tajam. Namun beberapa pria Rusia lainnya memilih untuk bepergian dengan mobil bersama teman-teman, keluarga, atau bahkan pergi sendirian. Mereka mengantre selama berjam-jam untuk mencapai perbatasan.

Menurut situs website Yandex Maps, kemacetan lalu lintas menuju Verkhny Lars, yaitu perbatasan yang melintasi Georgia dari wilayah Ossetia Utara Rusia, membentang sekitar 15 kilometer pada Selasa. Media sosial menunjukkan, ratusan pejalan kaki berbaris di pos pemeriksaan setelah penjaga perbatasan Rusia melonggarkan peraturan dan mengizinkan orang untuk menyeberang dengan berjalan kaki. Antrean panjang juga dilaporkan di beberapa pos penyeberangan ke Kazakhstan.

Kementerian Dalam Negeri Georgia mengatakan, lebih dari 53 ribu orang Rusia telah memasuki negara itu sejak pekan lalu. Sementara pejabat Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan mengatakan, sebanyak 98 ribu orang Rusia menyeberang ke negara itu.  

Badan Penjaga Perbatasan Finlandia mengatakan, lebih dari 43 ribu orang Rusia tiba pada periode yang sama.  Laporan media juga mengatakan 3.000 orang Rusia lainnya memasuki Mongolia, yang juga berbatasan dengan negara itu.

Pihak berwenang Rusia berusaha untuk membendung arus keluar warganya, dan melarang beberapa orang pergi dengan mengutip undang-undang mobilisasi. Namun praktik itu tidak berhasil. Banyak pria Rusia yang memenuhi syarat perang melarikan diri dari negara mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement