REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Otoritas Rusia dilaporkan telah membuka kasus terorisme internasional atas insiden kebocoran jaringan pipa gas Nord Stream. Moskow pun hendak membawa masalah tersebut ke Dewan Keamanan PBB.
Kantor berita Interfax, dalam laporannya pada Rabu (28/9/2022) mengungkapkan, para pejabat Rusia akan menyelidiki kebocoran pipa Nord Stream sebagai “tindakan terorisme internasional”. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, kebocoran Nord Stream adalah masalah besar bagi Rusia sebab Nord Stream merupakan aset berharga negara.
Peskov pun membantah tudingan bahwa Rusia turut terlibat dalam insiden kebocoran pipa Nord Stream. Dia menilai tuduhan tersebut “tidak masuk akal dan bodoh”.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia Maria Zakharova mengungkapkan, negaranya bermaksud menggelar sesi khusus di Dewan Keamanan PBB sehubungan dengan insiden kebocoran Nord Stream. “Rusia berencana mengadakan pertemuan resmi Dewan Keamanan PBB mengenai provokasi terhadap jalur pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2,” ucapnya, Rabu, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS.
Pada Selasa (27/9/2022) lalu, Nord Stream AG, yakni operator yang mengelola jaringan Nord Stream mengungkapkan, tiga jalur lepas pantai dari sistem pipa Nord Stream mengalami kerusakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam satu hari. Setiap jalur pipa Nord Stream terdiri dari sekitar 100 ribu pipa baja berlapis beton seberat 24 ton dan diletakkan di dasar laut Laut Baltik. Pipa tersebut memiliki diameter internal konstan 1,153 meter.
Bagian dari pipa terletak pada kedalaman sekitar 80-110 meter. Otoritas Maritim Swedia mengeluarkan peringatan tentang dua kebocoran di pipa Nord Stream 1. Hal itu diumumkan tak lama setelah kebocoran pada pipa Nord Stream 2 terdekat ditemukan. Kebocoran pada pipa Nord Stream 2 telah mendorong Denmark membatasi pengiriman dalam radius lima mil laut.
Pipa Nord Stream 1 dan 2 memiliki kapasitas tahunan gabungan sebesar 110 miliar meter kubik. Angka itu lebih dari setengah volume ekspor gas normal Rusia. Jaringan Nord Stream dirancang untuk membawa gas dari Semenanjung Yamal Siberia Barat langsung ke Jerman, ekonomi terbesar di Eropa.
Sejak Barat menerapkan sanksi ke Rusia sebagai respons atas keputusannya menyerang Ukraina, Moskow mulai mengurangi volume pasokan gas yang dikirim via Nord Stream. Rusia bahkan sempat menyetop suplai gas dengan alasan adanya pekerjaan perbaikan pada Nord Stream 1.
Pengurangan pasokan telah memicu krisis energi di Eropa. Saat ini Eropa sedang mencari alternatif untuk menghentikan ketergantungan suplai energi dari Rusia.