REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pertemuan ketiga Sherpa G20 telah berjalan baik dan lancar pada 27-29 September 2022 di Yogyakarta. Pertemuan yang diselenggarakan untuk membahas rancangan Deklarasi Pemimpin G20 (Leaders’ Declaration) terbagi atas 6 sesi pembahasan.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan pertemuan ini dipimpin bersama oleh Co-Sherpas G20 Indonesia, Edi Prio Pambudi dan Dian Triansyah Djani.
Leaders’ Declaration merupakan komitmen dari para Pemimpin G20 terhadap upaya bersama dalam pemulihan ekonomi dan kesehatan pasca pandemi COVID-19. Rancangan Deklarasi berisikan substansi pembahasan prioritas Presidensi G20 Indonesia yakni Arsitektur Kesehatan Global, Tranformasi Digital, dan Transisi Energi.
Deklarasi juga membahas mengenai isu ketahanan pangan yang menjadi isu global saat ini. Pertemuan juga meng-endorse concrete deliverables.
“Dalam pertemuan ini, kita dapat melihat komitmen bersama negara G20 untuk tetap satu, dengan menawarkan solusi bagi permasalahan global yang terjadi dewasa ini," kata Edi Prio Pambudi.
Krisis-krisis itu meliputi krisis energi, kelangkaan dan kenaikan harga pangan, inflasi, hingga keberlanjutan pemulihan pasca COVID-19.
Para Sherpa, kata Edi, menunjukkan komitmen nyata untuk menguatkan kredibilitas G20 bagi masyarakat global. Pembahasan materi Leaders’ Declaration selama beberapa hari pada pertemuan ketiga Sherpa G20 berjalan lancar.
Hal ini, kata Edi, tidak terlepas dari strategi pembahasan yang dimulai dari beberapa isu yang relatif mudah dan bisa diterima oleh semua negara. Diikuti
dengan berbagai pertemuan bilateral untuk melakukan lobi dan pendekatan dengan beberapa negara kunci untuk dapat tercapai kesepahaman dan kesepakatan.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo agar Presidensi G20 Indonesia dapat menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia serta meningkatkan peran dan profil Indonesia pada forum G20, maka Presidensi G20 Indonesia mengenalkan pendekatan baru dalam menghasilkan concrete deliverables.
"Ini mencakup proyek, program, atau inisiatif sebagai manfaat nyata dan bentuk konkret," kata Susiwijono.
Proyek-proyek dimaksud sejalan dengan prinsip presidensi yaitu lead by examples bagi pembangunan yang berkelanjutan, riil, dan konkret dengan memanfaatkan kerja sama internasional yang melibatkan peran multi-stakeholders.
Susiwijono menjelaskan melalui upaya percepatan realisasi deliverables proyek-proyek tersebut, Presidensi G20 Indonesia diharapkan dapat memberikan manfaat nyata dan menjadi legacy Indonesia bagi G20.
Dalam pembahasan selama pertemuan ketiga Sherpa G20 di Yogyakarta tersebut, semua negara hadir dan semua sepakat untuk mencari solusi dan jalan keluar atas berbagai isu dan permasalahan global.
Menurut Susiwijono, suasana pertemuan sangat kondusif, dengan semangat saling mendukung untuk mencari solusi bersama, dengan mempertimbangkan berbagai perbedaan dan kepentingan yang ada.
Diungkapkan Susiwijono, terlihat komitmen yang kuat dari para Sherpa G20 untuk mendorong tercapainya konsensus di tingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan G20. Para Sherpa sepakat untuk menegaskan dan melaksanakan komitmen yang telah disepakati pada forum G20.