Kamis 29 Sep 2022 13:58 WIB

Taliban Bubarkan Aksi Dukungan Terhadap Mahsa Amini di Afghanistan

Perempuan Afghanistan menyuarakan dukungan atas demonstrasi terkait kematian Amini.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang wanita memegang plakat bergambar Mahsa Amini Iran saat dia menghadiri protes terhadap kematiannya, di Berlin, Jerman, Rabu, 28 September 2022. Amini, wanita berusia 22 tahun yang meninggal di Iran saat berada di polisi tahanan, ditangkap oleh polisi moralitas Iran karena diduga melanggar aturan berpakaian yang diberlakukan secara ketat.
Foto: AP Photo/Markus Schreiber
Seorang wanita memegang plakat bergambar Mahsa Amini Iran saat dia menghadiri protes terhadap kematiannya, di Berlin, Jerman, Rabu, 28 September 2022. Amini, wanita berusia 22 tahun yang meninggal di Iran saat berada di polisi tahanan, ditangkap oleh polisi moralitas Iran karena diduga melanggar aturan berpakaian yang diberlakukan secara ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban membubarkan aksi unjuk rasa yang digelar sekelompok perempuan Afghanistan, Kamis (29/9/2022). Dalam aksinya, para perempuan itu menyuarakan dukungan atas berlangsungnya demonstrasi memprotes kematian Mahsa Amini di Iran.

Dilaporkan laman Al Arabiya, unjuk rasa untuk menunjukkan dukungan kepada Mahsa Amini digelar di depan gedung Kedutaan Besar Iran di Kabul. Terdapat sekitar 25 wanita Afghanistan yang berpartisipasi dalam aksi tersebut.

Baca Juga

Saat berunjuk rasa, para perempuan Afghanistan meneriakkan tiga kata, yakni “Perempuan, Hidup, Kebebasan”. Mereka pun membentangkan spanduk bertuliskan, “Iran telah bangkit, sekarang giliran kita!” dan “Dari Kabul ke Iran, katakan tidak pada kediktatoran!”.

Melihat spanduk tersebut, anggota Taliban segera merebutnya dan merobeknya di depan para pengunjuk rasa. Mereka kemudian melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan aksi tersebut.

Saat ini Iran tengah menghadapi gejolak akibat tewasnya Mahsa Amini, seorang perempuan berusia 22 tahun. Sebelum meninggal, dia diduga dianiaya polisi moral Iran. Amini ditangkap pada 13 September lalu karena hijab yang dipakainya dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.

Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.

Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengeklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.

Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes.

Menurut organisasi Iran Human Rights (IHR), selama unjuk rasa berlangsung, sedikitnya 76 orang telah tewas di tangan aparat keamanan. Angka itu lebih tinggi dibandingkan yang dirilis pemerintah Iran, yakni sebanyak 41 korban tewas, termasuk di dalamnya aparat keamanan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement