REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Dr. dr. Muhammad Yamin, Sp.JP(K), FACC, FSCAI, menganjurkan pasien penyakit jantung meluangkan waktu setidaknya 150 menit dalam sepekan untuk berolahraga. "Yang dianjurkan itu kira-kira 150 menit dalam satu pekan. Itu bisa dibagi rata selama lima hari, jadi masing-masing 30 menit (per hari)," kata Yamin dalam acara bincang-bincang virtual yang diikuti dari Jakarta, Kamis (29/9/2022).
Yamin mengemukakan bahwa syarat olahraga di antaranya adanya kesinambungan aktivitas. "Syarat yang namanya olahraga itu harus ada continuity (kesinambungan). Saya pernah ditanya pasien, katanya dia menyapu, naik tangga, ngepel, itu bagaimana? Nah, di antara aktivitas itu ada break-nya (jedanya). Tidak ada continuity, tidak ada unsur aerobiknya," kata dia.
Mengenai jenis olahraga yang bisa dilakukan, ia mengatakan, penderita penyakit jantung dapat melakukan olahraga menggunakan peralatan, seperti treadmill dan sepeda statis atau berjalan kaki. Pasien juga bisa melakukan aktivitas olahraga lain yang disukai selama tidak berlebihan.
"Untuk penderita penyakit jantung, secara umum, kita bisa melakukan hal-hal itu tadi. Syaratnya adalah waktunya, durasinya. Jenis apa saja yang disenangi boleh saya kira," kata Yamin.
Penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Angka kasus penyakit jantung juga cenderung meningkat di Indonesia. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar angka kasus penyakit jantung meningkat dari 0,5 persen pada 2013 menjadi 1,5 persen pada 2018.
Selain itu,Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia dr. Radityo Prakoso, SpJP (K) mengatakan bahwa usia penderita penyakit jantung kini semakin muda. Menurut dia, adapeningkatan prevalensi serangan jantung pada orang berusia kurang dari 40 tahun sebanyak dua persen setiap tahun dari tahun 2000 sampai 2016.
Yamin mengemukakan bahwa salah satu faktor penyebab penyakit jantung adalah gaya hidup yang tidak sehat, termasuk dalam hal mengonsumsi makanan. "Penelitian di Australia baru-baru ini, mereka melihat salah satu residensial area, kemudian diukur jarak beberapa klaster terhadap penyedia makanan cepat saji, ternyata ada kaitannya. Semakin dekat jarak itu, angka kejadian serangan jantung semakin tinggi," katanya.
Ia menekankan pentingnya memperhatikan keseimbangan nutrisi makanan, konsumsi buah dan sayur, serta olahraga untuk meminimalkan risiko terserang penyakit jantung.