REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, menilai sebuah anomali ketika partai Islam justru tak berjaya di Indonesia yang notabenenya adalah negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia. Salah satu penyebab lemahnya partai Islam adalah hadirnya transaksi politik.
"Salah satu hambatan dari partai-partai Islam atau berbasis Islam adalah ketika politik sudah beralih ke politik aliran atau ideologi itu sekarang beralih ke politik pragmatisme. Jadi pemilu, apakah pemilu legislatif atau pemilu presiden itu sangat dipengaruhi pragmatisme atau transaksi politik," ujar Jazilul dalam dalam diskusi yang digelar oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Kamis (29/9/2022).
"Ideologi ini akan melihat partai politik seperti pasar, jadi partai politik itu seperti dunia pasar malam. Semua ditransaksikan juga pada akhirnya, ideologinya menurun," sambungnya.
Hal tersebut semakin diperparah ketika melihat partai Islam tak memiliki sumber daya yang memadai untuk melakukan transaksi tersebut. Modal yang kurang tersebutlah yang menjadi hambatan PKB, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk berjaya pada setiap pemilihan umum (Pemilu).
"Saya tidak melihat (partai Islam memiliki modal kuat), termasuk PAN, PKB, PKS, PPP itu saya pikir sama itu, itu sama-sama PKB, empat-empatnya sama-sama partai kurang modal, partai kurang biaya," ujar Jazilul.
Para pemilik modal, seperti ekonom atau pengusaha juga jarang yang melirik partai Islam sebagai kendaraan politiknya. Ditambah dengan minimnya umat Islam pemilik modal yang mau bergabung dengan partai politik.
"Kita tidak memiliki banyak para ekonom, para pengusaha besar di lingkungan umat Islam. Artinya kegagalan politik umat Islam dalam tanda kutip itu karena kegagalan umat Islam untuk masuk menjadi kekuatan ekonomi, kekuatan usaha," ujar Jazilul.
Di samping itu, ia melihat bahwa partai-partai Islam di Indonesia saat ini tidak memiliki sosok yang dapat menyatukan umat Islam. Hal inilah yang membuat partainya terus mempromosikan Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar.
"Oleh sebab itu PKB sangat berkepentingan agar politik Indonesia kemudian menemukan arah ideologi kembali yang menjadi basis penguatannya. Jadi visinya yang jadi basis penguatan, bukan pada kekuatan kapital," ujar Wakil Ketua MPR itu.