Jumat 30 Sep 2022 06:05 WIB

Tiga Renungan Saqifah Bani Saidah Tempat Abu Bakar Dibait

Saqifah Bani Saidah adalah tempat bersejarah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Staf TUH KJRI Jeddah Nasrullah Jassam di Saqifah Bani Saidah, Madinah, Arab Saudi
Foto: Republika/A Syalabi Ichsan
Staf TUH KJRI Jeddah Nasrullah Jassam di Saqifah Bani Saidah, Madinah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Saqifah Bani Sa'idah adalah tempat bersejarah yang ada di kota Madinah Al Munawaroh. Lokasinya dekat dengan pintu 15 Masjid Nabawi. 

Namun kini, tempat itu sudah tidak ada lagi bekasnya. Karena papan nama sebagai tanda telah dicabut otoritas setempat dan berubah jadi sebuah taman yang tidak banyak orang tahu bahwa tempat itu memiliki sejarah penting dalam Islam.

Baca Juga

"Sayangnya ketika berkunjung kembali, papan nama yang menjelaskan bahwa tempat tersebut adalah Saqifah Bani Saidah sudah terhapus," tulis Nasrullah Jassam dalam bukunya "Catatan Pelayan Tamu Allah".

Nassrullah menyampaikan, Saqifah Bani Saidah nama yang sering sekali disebut dalam buku buku sejarah Islam, terutama ketika menceritakan peristiwa pemilihan pemimpin pasca wafatnya Rasulullah SAW. Kaum Anshor yang saat itu sudah siap untuk membaiat kandidat yang mereka usungnya yaitu Sa'ad bin Ubadah harus rela menyerahkan posisi khalifah kepada Sayyidina Abu Bakar Siddiq atas usulan Sayyidina Umar.

Nasrullah menceritakan, sempat terjadi perdebatan saat itu bahkan kelompok Anshar sempat berujar "Minna amirun wa aminkum amirun" artinya "kita memilih pemimpin masing-masing," 

Tetapi kemudian Sayyidina Umar menjawab "Minna amirun wa minkum wuzara" yang artinya "pemimpin dari kami sedangkan kalian adalah para menteri".

Sayyidina Umar berhasil meyakinkan kaum Anshar sehingga akhirnya mereka membaiat Abu Bakar. Sebetulnya sahabat Abu Bakar cenderung memilih satu di antara dua orang yaitu Abu Ubaidillah bin Al-Jarrah dan Umar Bin Khattab menjadi Khalifah. 

Akan tetapi Sayyidina Umar menolak dan berujar bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin umat yang di dalamnya terdapat Abu Bakar. Dan akhirnya, beliau pun mengulurkan tangannya membaiat sahabat Abu Bakar  begitu juga dengan sahabat yang lainnya.

Nasrullah mengatakan setidaknya ada tiga poin penting dari peristiwa. Pertama para sahabat menyadari betul bahwa adanya seorang pemimpin sangat penting di tengah-tengah umat. Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW wafat para sahabat segera berkumpul untuk memilih sosok yang menggantikan Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat. 

Kedua perbedaan pandangan dalam memilih pemimpin adalah hal yang lumrah dan ini terjadi antara sahabat dari kalangan Anshar dan Muhajirin, bahkan kalangan  bani Hasyim memiliki pandangan lain yang karena beberapa alasan cenderung memilih sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Akan tetapi ketika sudah terpilih, maka semua pihak harus sama-sama mendukung demi kesejahteraan umat. 

Ketiga, hendaknya setiap orang menyadari dan mengukur diri akan kemampuannya, dalam hal ini sikap Sayyidina Umar patut dijadikan contoh, ketika Abu Bakar memintanya untuk menjadi khalifah. Dengan rendah hati beliau berkata.

"Bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin umat yang di dalamnya terdapat Abu Bakar."

Umar merasa bahwa sosok Abu Bakar saat itu lebih layak menjadi khalifah daripada dirinya. "Semoga peristiwa Saqifah Bani Saidah bisa menjadi renungan bagi calon-calon pemimpin kita yang sebentar lagi akan kita pilih," katanya.

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement