Jumat 30 Sep 2022 11:07 WIB

Spyware Israel Incar Data Para Pejabat Indonesia?

Upaya pencurian data dari para pejabat Indonesia ini, dilakukan melalui perangkat lunak mata-mata milik perusaahaan Israel.

Rep: Vidita/ Red: Partner
.
Foto: network /Vidita
.

Pixabay
Pixabay

Upaya pembobolan data dan kejahatan siber, masih saja terjadi di Tanah Air. Dikutip dari Reuters, (30/9/2022), lebih dari 12 pejabat pemerintah dan militer Indonesia, diperkirakan telah menjadi sasaran spyware atau perangkat lunak mata-mata yang dirancang oleh salah satu perusahaan Israel.

Beberapa pihak yang disebut telah menjadi target, antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto, personel senior militer, dua diplomat regional, dan penasihat di Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri Indonesia. Informasi mengenai upaya pencurian data ini, bermula dari enam pejabat yang menjadi target mengatakan kepada Reuters bahwa mereka menerima pesan surel dari Apple Inc pada November 2021.

Surat tersebut menginformasikan, bahwa Apple meyakini para pejabat Indonesia saat ini sedang "ditargetkan oleh penyerang yang disponsori negara." Apple belum mengungkapkan identitas atau jumlah pengguna yang ditargetkan.

Meski Apple menolak berkomentar, namun peneliti keamanan dari Apple, telah menerima peringatan dari ForcedEntry, perangkat lunak canggih yang telah digunakan oleh vendor pengawasan siber Israel NSO Group. Perangkat lunak ini biasa digunakan untuk membantu agen mata-mata asing dari jarak jauh dan tanpa terlihat dengan pengendalian lewat perangkat iPhone.

Perusahaan siber Israel lainnya, QuaDream, juga dilaporkan telah mengembangkan alat peretasan yang hampir identik.

Menanggapi pertanyaan Reuters, seorang juru bicara NSO Group tegas membantah perangkat lunak perusahaannya terlibat dalam penargetan pejabat Indonesia. Dalam beberapa pekan setelah pemberitahuan Apple pada November tahun lalu, pemerintah Amerika Serikat (AS) menambahkan NSO ke 'daftar entitas' Departemen Perdagangan.

Hal ini akan mempersulit perusahaan AS untuk melakukan bisnis dengan NSO Group. Langkah memasukkan NSO dalam daftar ini juga dilakukan setelah menentukan bahwa teknologi peretasan telepon perusahaan telah digunakan oleh pemerintah asing untuk "secara jahat menargetkan" banyak tokoh politik di seluruh dunia.

Juru bicara pemerintah Indonesia dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) belum menanggapi permintaan komentar dan pertanyaan yang disampaikan Reuters, melalui surel. Begitu pula dengan Airlangga Hartarto dan perwakilannya.

Menurut laporan dari pengawas keamanan siber Citizen Lab, pada September 2021, penggunaan ForcedEntry, biasanya mengeksploitasi kelemahan pada iPhone melalui teknik peretasan baru yang tidak memerlukan interaksi pengguna. Peneliti keamanan Google, menggambarkannya sebagai serangan peretasan "paling canggih secara teknis" yang mereka miliki pernah dilihat.

Apple sebenarnya telah menambal kerentanan pada September tahun lalu dan pada November mulai mengirim pesan pemberitahuan ke apa yang disebutnya "sejumlah kecil pengguna yang ditemukan mungkin telah ditargetkan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement