Jumat 30 Sep 2022 11:47 WIB

Rusia Cegat Warga yang Kabur ke Perbatasan

Rusia membuka lebih banyak kantor pendaftaran militer untuk cegat warganya kabur

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Warga Rusia berbaris untuk mendapatkan Personal Identification Number (INN) Kazakhstan di pusat layanan publik di Almaty, Kazakhstan, Selasa, 27 September 2022. Sehari setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi sebagian untuk memperkuat pasukannya di Ukraina, banyak warga Rusia yang meninggalkan rumah mereka.
Foto: Vladimir Tretyakov/NUR.KZ via AP
Warga Rusia berbaris untuk mendapatkan Personal Identification Number (INN) Kazakhstan di pusat layanan publik di Almaty, Kazakhstan, Selasa, 27 September 2022. Sehari setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi sebagian untuk memperkuat pasukannya di Ukraina, banyak warga Rusia yang meninggalkan rumah mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pihak berwenang Rusia membuka lebih banyak kantor pendaftaran militer di dekat perbatasan. Langkah ini sebagai upaya nyata untuk mencegat beberapa pria Rusia yang mencoba melarikan diri melalui jalur darat untuk menghindari panggilan perang di Ukraina.

Sebuah kantor pendaftaran militer dibuka di pos pemeriksaan Ozinki di wilayah Saratov di perbatasan Rusia dengan Kazakhstan.  Pusat pendaftaran lainnya akan dibuka di persimpangan di wilayah Astrakhan, dan di perbatasan dengan Kazakhstan.

Awal pekan ini, kantor wajib militer Rusia didirikan di dekat perbatasan Verkhny Lars yang menyeberang ke Georgia di Rusia selatan, dan di dekat pos pemeriksaan Torfyanka di perbatasan Rusia dengan Finlandia.  Pejabat Rusia mengatakan mereka akan menyerahkan pemberitahuan panggilan kepada semua pria yang memenuhi syarat.

Baca juga : Rusia Buka Lebih Banyak Pos Pendaftaran Militer di Perbatasan

Lebih dari 194 ribu warga Rusia telah melarikan diri ke negara tetangga seperti Georgia, Kazakhstan dan Finlandia. Mereka melarikan diri dengan mengendarai mobil, sepeda atau berjalan kaki. Pekan lalu Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi pasukan cadangan untuk berperang di Ukraina.  Di Rusia, sebagian besar pria di bawah usia 65 tahun terdaftar sebagai tentara cadangan.

Kremlin berencana untuk memanggil sekitar 300 orang. Tetapi media Rusia melaporkan, jumlahnya bisa mencapai 1,2 juta. Laporan ini dibantah oleh pejabat Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia telah berjanji untuk merekrut pasukan cadangan dari para pria Rusia yang memiliki pengalaman tempur atau dinas. Tetapi menurut beberapa laporan media dan pembela hak asasi manusia, orang-orang yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut juga diminta bergabung dengan pasukan cadangan.

Dekrit resmi tentang mobilisasi pasukan cadangan memicu kekhawatiran bahwa ada rancangan yang lebih luas. Untuk menenangkan situasi, Putin pada Kamis (29/9/2022) mengatakan kepada Dewan Keamanan Rusia  bahwa orang-orang Rusia yang secara keliru dipanggil untuk bergabung dengan pasukan cadangan harus dipulangkan. Putin menegaskan, rekrutmen pasukan cadangan hanya diikuti oleh mereka yang mengikuti pelatihan militer dan spesialisasi yang tepat.

Baca juga : Finlandia Tutup Perbatasan untuk Turis Rusia

“Masing-masing kasus itu perlu ditangani secara mandiri, tetapi jika ada kesalahan, saya ulangi, itu harus diperbaiki. Penting untuk memulangkan mereka yang direkrut tanpa alasan yang tepat," kata Putin.

Eksodus massal pria Rusia dimulai pada 21 September, tak lama setelah Putin mengumumkan mobilisasi pasukan cadangan. Tiket pesawat telah habis terjual meski harganya melonjak tajam.

Antrean panjang mobil terjadi di jalanan menuju perbatasan Rusia.  Pihak berwenang Rusia mencoba membendung arus keluar dengan menolak beberapa orang di perbatasan dengan mengutip undang-undang mobilisasi. Pihak berwenang Rusia juga mendirikan kantor wajib militer di pos pemeriksaan perbatasan.

Terminal bus di Samara dan Tolyatti,  pada Kamis menghentikan layanan ke Uralsk, sebuah kota perbatasan di Kazakhstan. Sementara Finlandia akan melarang masuknya warga Rusia dengan visa turis mulai Jumat (30/9/2022).  Finlandia telah menyediakan rute darat terakhir yang mudah diakses ke Eropa bagi pemegang visa zona Schengen dari Rusia.  Negara Nordik itu telah menampung puluhan ribu orang yang melarikan diri dari panggilan militer dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga : Usai Bela Puan Maharani, Hendri Satrio Di-bully

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement