REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Dalam menggelar Religion 20 (R20) di Bali, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak hanya menggandeng Rabithah Alam Islami atau Liga Muslim Dunia, tapi juga mengundang Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), sebuah organisasi kelompok nasionalis Hindu sayap kanan India. RSS sudah mengonfirmasi akan hadir pada perhelatan R20 yang akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali pada 2-3 November 2022.
Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan, keterlibatan Rabithah Alam Islami dalam Forum R20 tentu akan memberikan keuntungan tersendiri bagi ruan rumah. Karena, dua lembaga besar ini akan bekerjasama untuk mempertemukan aktor dunia Islam dari Timur Tengah dan aktor dunia Islam dari Indonesia.
"Ini mempertemukan antara aktor dunia Islam dari timur tengah dan aktor dunia Islam dari Indonesia untuk kemudian melakukan engagement, kerjasama dengan komunitas-komunitas agama internasional," ujar Gus Yahya saat konferensi pers secara daring, Jumat (30/9/2022).
Di sisi lain, lanjut dia, ternyata pemerintah India juga memberikan respons positif terhadap forum R20 ini. Karena itu, menurut Gus Yahya, forum R20 ini juga akan mempertemukan aktor dunia Islam dengan aktor dari India.
"Ada respons yang sangat positif dri India. Maka, ini juga akan mempertemukan aktor-aktor dunia Islam ini dengan aktor-aktor dari India," ucap Gus Yahya.
Jika dilihat dari perspektif tertentu, lanjut dia, pertemuan antara tokoh dunia Islam dengan India ini mungkin akan dilihat sebagai sesuatu yang kontroversial di dalam kaitannya dengan masalah-masalah hubungan antaragama. Namun, bagi Gus Yahya, justru cara tersebut bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan masalah yang ada.
"Justru dengan melibatkan diri dengan aktor-aktor yang mungkin dianggap sebagai aktor yang problematis, ini adalah sesuatu cara yang paling konkret untuk melakukan upaya penyelesaian masalah," kata Gus Yahya.
Sementara itu, Juru Bicara R20, Muhammad Najib Azca menjelaskan bahwa undangan untuk kelompok RSS ini setidaknya dilatarbelakangi tiga alasan utama. Pertama, R20 merupakan agenda yang menempel pada forum G20. Karena itu, peserta yang diundang sebagian besar mewakili negara-negara yang termasuk dalam Forum G20 dan India merupakan salah satu peserta G20.
“R20 ini event yang menempel ke G20. Karena R20 (adalah) engagement group dari G20, maka undangan di R20 mengikuti struktur keanggotaan G20. Representasi tokoh-tokoh agama anggota G20 akan diundang. Kita mengikuti pola dan pakem G20,” ujarnya dalam siaran persnya.
Meskipun demikian, ada pula peserta R20 yang bukan representasi dari anggota G20. Najib mencontohkan kehadiran tokoh agama dari Vatikan yang bukan merupakan anggota G20. Begitu pula tokoh agama dari Uni Emirat Arab. Walaupun bukan anggota G20, tokoh dari kedua negara ini sangat penting.
Kedua, perwakilan RSS diundang karena organisasi itulah yang direkomendasikan oleh Pemerintah India. Sebab, RSS merupakan akar kekuatan dari Partai Bharatiya Janata (BJP) yang saat ini berkuasa di negara itu.
“Kita berkoordinasi dan mengundang tokoh yang direkomendasikan dari pemerintah India dalam R20. Rekomendasi untuk R20 salah satunya (tokoh) dari RSS,” kata Najib.
Apalagi, Presidensi G20 di tahun 2023 akan dipegang India. Karenanya, NU sebagai penyelenggara berkoordinasi dengan Pemerintah India dan mendapatkan rekomendasi dari mereka. “Untuk India, kita mengikuti rekomendasi, (yaitu) dari RSS,” katanya.
Pada intinya, tokoh yang dipilih tidak memusuhi pemerintah. Hal ini tidak lain guna menjaga hubungan baik antarnegara, dalam hal ini adalah hubungan Indonesia sebagai tuan rumah dengan negara lainnya.
Ketiga, jika memang RSS dianggap bermasalah karena rekam jejaknya, terutama dalam memperlakukan minoritas, justru R20 merupakan forum yang tepat untuk membicarakan itu.
“Selama ini, (jika) tidak senang dan tidak setuju, hanya koar-koar dari jauh. Forum ini memang mengundang tokoh-tokoh agama untuk membicarakan isu sensitif itu,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.