Jumat 30 Sep 2022 14:54 WIB

PBNU Dorong Pemimpin Agama Dunia Saling Terbuka di Forum R20

Pemimpin agama didorong PBNU saling terbuka.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
PBNU Dorong Pemimpin Agama Dunia Saling Terbuka di Forum R20. Foto:   Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf memberikan sambutan saat puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-99 Nahdlatul Ulama di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Kamis (17/2/2022). Harlah ke-99 NU itu mengusung tema Menyongsong 100 Tahun NU Merawat Jagat Membangun Peradaban.
Foto: Antara/Vina
PBNU Dorong Pemimpin Agama Dunia Saling Terbuka di Forum R20. Foto: Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf memberikan sambutan saat puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-99 Nahdlatul Ulama di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Kamis (17/2/2022). Harlah ke-99 NU itu mengusung tema Menyongsong 100 Tahun NU Merawat Jagat Membangun Peradaban.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendorong para pemimpin agama dunia yang akan hadir dalam forum Religion 20 (R20) saling terbuka untuk menyelesaikan masalah-masalah hubungan antaragama di dunia. Forum yang akan dihadiri ratusan tokoh lintas agama ini akan digelar pada 2-3 November 2022 di Nusa Dua, Bali.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengatakan, masalah hubungan antaragama sekarang ini sedang terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di Timur Tengah maupun di India. Karena itu, melalui forum R20 tersebut pihaknya ingin mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut. Menurut dia, pihaknya sudah mengatur agar dalam diskusi tersebut para pemimpin agama bisa saling terbuka.

Baca Juga

"Kami set up struktur diskusinya sedemikian rupa untuk mendorong agar para partisipan nantinya bersedia melakukan diskusi secara terbuka, jujur, terus terang dan langsung mengaddress masalah-masalah yang ada tanpa ada denial, tanpa ada pengingkaran. Tapi, berpikir secara kontruktif untuk mencari jalan keluar dari masalah-masalah dasar," kata Gus Yahya saat konferensi pers secara daring, Jumat (30/9/2022).

Dalam forum R20 tersebut, menurut Gus Yahya, para pemimpin tokoh agana dunia akan diajak untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang sedang melibatkan agama-agama. "Karena, dalam kenyataaannya di berbagai belahan dunia itu ada dinamika yang cukup memprihatinkan terkait hubungan agama-agama ini, di Afrika Barat, di Timur Tengah, di Asia Selatan, dan Asia Tenggara, dan bahkan di Barat sendiri ada dinamika yang memprihatinkan sekali terkait hubungan di antara komunitas-komunitas agama," jelas Gus Yahya. 

Karena itu, lanjut dia, pihaknya nanti juga akan mendorong para pemimpin agama dari berbagai belahan dunia itu untuk berbicara tentang hal yang menjadi akar masalahnya. Setelah itu, baru kemudian mengambil langkah-langkah yang telah disepakati bersama. 

"Kalau ini sudah ada jalan, ada titik terang tentang masalah ini, maka para pemimpin agama akan ada dalam posisi untuk menawarkan kontribusi dari agama," ujar Gus Yahya. 

Selama ini, Gus Yahya melihat bahwa dialog antara para tokoh agama itu masih terlalu formal atau terlalu mementingkan sopan santun, sehingga kurang terbuka dan kurang ada keberanian untuk mengakui secara jujur tentang masalah-masalah yang ada.

"Nah, ini yang ingin kita ubah suasananya di dalam forum R20 nanti. Jadi, kita ingin membicarakan secara terbuka nanti akar dari masalah hubungan antaragama ini," kata Gus Yahya. 

Gus Yahya melihat, salah satu yang menjadi akar masalahnya selama ini adalah karena adanya pengalaman sejarah pada masa lalu. "Maka, nanti kita akan selenggarakan satu forum untuk berbicara secara terbuka dan jujur tentang apa saja yang selama ini menjadi ganjalan di dalam hubungan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu," jelas dia.

Menurut Gus Yahya, dalam R20 tersebut nantinya akan ada forum pleno untuk membicarakan berbagai topik tentang Kepedihan Sejarah, Pengungkapan Kebenaran, Rekonsiliasi, dan Pengampunan; Mengidentifikasi dan Merangkul Nilai-nilai Mulia yang Bersumber dari Agama dan Peradaban Besar Dunia; Rekontekstualisasi Ajaran Agama yang Usang dan Bermasalah; Mengidentifikasi Nilai-nilai yang Dibutuhkan untuk Mengembangkan dan Menjamin Koeksistensi Damai; serta Ekologi Spiritual.

"Jadi, kita akan membicarakan terbuka dari dulu masing-masing kelompok agama ini punya trauma apa. Kemudian kita bicara tentang bagaimana melakukan rekonsiliasi dan saling memaafkan untuk bisa berbicara tentang kepentingan bersama untuk masa depan yang lebih baik," ujar Gus Yahya.

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement