REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sementara negara-negara Uni Eropa masih mempertimbangkan batasan harga gas, beberapa pelaku bisnis segera mencari solusi untuk krisis energi di benua itu. Di ibu kota Belgia, Brussel, pemilik restoran membayangkan masa depan tanpa gas dan listrik akan terlihat bagi para pecinta kuliner.
Para tamu yang makan malam di Brasserie Surealiste dan dimasak oleh karyawan Racines adalah yang pertama merasakannya pada pekan ini. Restoran itu mengolah makanan yang dihidangkan tanpa oven, tanpa kompor, tanpa hot plate, tanpa mesin kopi, dan tanpa bola lampu.
Meski dengan keterbatasan, tetap saja, makanan yang dihidangkan memiliki rasa tak kalah enak. Hanya makanan pembuka lebih dingin atau sedikit dipanggang di atas panggangan arang dari barbekyu Jepang, disajikan di meja dengan penerangan lilin. "Idenya, kembali ke zaman gua," kata pemilik Racines Francesco Cury.
"Kami menyiapkan seluruh rangkaian hidangan yang hanya perlu dipanggang selama beberapa detik... Namun pencarian rasa, untuk yang luar biasa, untuk yang menakjubkan, masih menjadi bagian dari bisnis kami," ujarnya.
Selain itu, penghematan ini juga justru menghidupkan suasana romantis. Hanya saja, jika ini akan berlangsung lama, makan kondisi akan semakin sulit karena tagihan akan ikut meningkat.
“Masyarakat melihat kenaikan harga 30 persen sampai 40 persen di supermarket. Dan kami, pemilik restoran, membeli bahan mentah yang sama, produk yang sama. Jadi apa yang kita lakukan? Kami menaikkan harga. Tapi kemudian di atas datang harga gas dan listrik. Bisakah kita melakukan pekerjaan kita tanpa sumber energi? Jawabannya tidak, ”kata Cury.
“Jadi kita harus berpikir sedikit lebih banyak, dan masyarakat harus menyadari betapa kritisnya situasi ini," ujarnya.
Kenaikan dramatis inflasi di Belgia bisa menjadi penghalang, tetapi 50 tamu mengambil bagian dalam makan malam yang diselenggarakan sebagai bagian dari inisiatif "Brussels in the Dark" yang melibatkan selusin restoran pada Kamis (29/9/2022). “Kami berada pada titik ketika seseorang harus memilih antara menjadi hangat di rumah atau makan di luar,” kata warga Brussel Stephane Lepla menyantap hidangan di salah satu restoran.
"Menemukan keseimbangan itu rumit. Jadi ya, tentu saja, ada refleksi setiap hari. Ada kebiasaan yang perlu diubah, yang tetap kami coba ubah, meski tidak selalu mudah," ujarnya