Sabtu 01 Oct 2022 01:32 WIB

Bank Mandiri Tambah Modal Rp 5 Triliun lewat Rights Issue BSI 

Bank Mandiri akan pertahankan posisi sebagai pemegang mayoritas saham BSI

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengungkapkan komitmennya untuk mendukung penerbitan saham baru atau rights issue, yang akan dilaksanakan PT Bank Syariah Indonesia Tbk dalam waktu dekat. Bank Syariah Indonesia berencana melakukan aksi korporasi melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu I senilai Rp 5 triliun pada kuartal IV 2022.
Foto: BSI
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengungkapkan komitmennya untuk mendukung penerbitan saham baru atau rights issue, yang akan dilaksanakan PT Bank Syariah Indonesia Tbk dalam waktu dekat. Bank Syariah Indonesia berencana melakukan aksi korporasi melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu I senilai Rp 5 triliun pada kuartal IV 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengungkapkan komitmennya untuk mendukung penerbitan saham baru atau rights issue, yang akan dilaksanakan PT Bank Syariah Indonesia Tbk dalam waktu dekat. Bank Syariah Indonesia berencana melakukan aksi korporasi melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu I senilai Rp 5 triliun pada kuartal IV 2022.

Sebagai induk usaha sekaligus pemegang saham mayoritas dengan porsi kepemilikan sebesar 50,83 persen, emiten berkode saham BMRI tersebut akan melaksanakan haknya dengan membeli dan menyerap saham baru yang diterbitkan oleh Bank Syariah Indonesia.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan perseroan tengah berkoordinasi dengan stakeholder dan pemegang saham BSI lainnya, dalam menentukan jumlah penyerapan saham baru yang akan dieksekusi BMRI. Meski belum memerinci berapa jumlah saham yang akan diserap, Rudi memastikan Bank Mandiri akan mempertahankan posisinya sebagai pemegang saham mayoritas BSI.

“Komitmen kami sebagai induk usaha dan pemegang saham mayoritas Bank Syariah Indonesia untuk mendukung penguatan rasio kecukupan modal Bank Syariah Indonesia, agar mampu menjadi bank syariah terbesar di regional, sesuai amanat pemerintah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (30/9/2022).

Selain Bank Mandiri, saham Bank Syariah Indonesia juga dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 24,85 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 17,25 persen, serta pemegang saham lainnya dan publik sebesar 7,07 persen.  

Adapun pemerintah telah menempatkan satu lembar saham dwiwarna Bank Syariah Indonesia sejak Mei 2022. Dengan saham tersebut, terdapat kewenangan negara dalam pengawasan BSI. Hal ini mengingat adanya keistimewaan hak selaku pemegang saham dwiwarna di atas pemegang saham lainnya.

Menurut Rudi melalui penguatan kecukupan modal, Bank Mandiri selaku induk usaha berkomitmen menjadikan Bank Syariah Indonesia sebagai bank syariah rujukan utama bagi nasabah dan pelaku usaha, yang membutuhkan jasa keuangan berprinsip syariah. Maka demikian, hal tersebut akan melengkapi berbagai layanan milik Mandiri Group sebagai langkah konkret perusahaan dalam mendukung perekonomian nasional.

Dalam upaya memperkuat modal atau capital adequacy ratio (CAR), Bank Syariah Indonesia telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya enam miliar saham baru melalui skema rights issue pada kuartal IV 2022.

Sementara itu Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menambahkan dana tambahan dari rights issue nantinya untuk mendukung ekspansi perusahaan secara organik yakni melalui penyaluran pembiayaan murah dan kompetitif bagi masyarakat.

“Penguatan permodalan ini tentunya akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis sehingga dapat memberikan profitabilitas yang optimal bagi pemegang saham,” ucapnya.

Emiten bersandi BRIS itu diproyeksikan dapat menghimpun dana hingga Rp 5 triliun dari penawaran saham baru. Dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi target pembiayaan, serta mendorong CAR perusahaan ke level lebih dari 20 persen pada 2025.

Berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Indonesia sampai dengan Juni 2022, kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM) sebesar 17,31 persen. Angka itu turun dibandingkan Juni 2021 sebesar 22,27 persen.

Meski demikian, indikator kinerja lainnya milik Bank Syariah Indonesia tercatat meningkat tercermin dari return on equity (ROE) yang menjadi indikator kemampuan dalam meningkatkan laba. Pada Juni ROE sebesar 17,66 persen dibandingkan dengan Juni 2021 sebesar 14,14 persen.

Dari sisi nilai penghimpunan laba bersih sebesar Rp 2,13 triliun atau tumbuh 41 persen dibandingkan dengan posisi Juni 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement