Sabtu 01 Oct 2022 07:35 WIB

Vladimir Putin: Barat Mengharapkan Rusia Runtuh

Menurut Putin, Barat terus mencari peluang untuk memberikan pukulan terhadap Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat berbicara kepada media setelah KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan, Jumat, 16 September 2022. Vladimir Putin: Barat Mengharapkan Rusia Runtuh
Foto: AP/Sergei Bobylev/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat berbicara kepada media setelah KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan, Jumat, 16 September 2022. Vladimir Putin: Barat Mengharapkan Rusia Runtuh

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Barat mengharapkan negaranya terpecah dan runtuh. Menurutnya, hal itu sudah terjadi sejak dekade 1990-an.

Putin mengatakan, pada 1991, ketika Rusia dibekap krisis sosial akut, Barat mengharapkan Rusia runtuh. "Ini hampir terjadi. Kami ingat tahun 1990-an yang mengerikan, tahun-tahun mengerikan kekurangan pangan dan keputusasaan. Tetapi Rusia tetap teguh, bangkit kembali, mendapatkan kembali kekuatan serta mengambil tempat yang layak di dunia lagi,” ucapnya dalam upacara pengesahan bergabungnya empat wilayah Ukraina, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia ke Rusia, Jumat (30/9/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Menurut Putin, sejak saat itu Barat terus mencari peluang untuk memberikan pukulan terhadap Rusia. "Mereka selalu memimpikan hal itu: memecah belah negara kita, membuat rakyatnya saling bermusuhan dan menjerumuskan mereka ke dalam kemiskinan dan kepunahan,” ujarnya.

"Mereka (Barat) tidak bisa tenang karena ada negara hebat dan besar di dunia dengan wilayah, kekayaan alam, sumber daya, dan rakyatnya yang tidak bisa serta tidak akan pernah hidup menurut perintah orang lain," kata Putin.

Pada kesempatan itu, Putin menyampaikan terima kasih kepada empat wilayah Ukraina, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia yang telah memilih bergabung dengan Rusia. "Dalam beberapa hari terakhir, orang-orang di Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhzhia menganjurkan pemulihan persatuan bersejarah kita. Saya berterima kasih," ucapnya.

Pada 23 hingga 27 September lalu, Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung.

Ukraina dan sekutu Barat-nya menolak hasil referendum tersebut. Mereka menilai referendum itu telah diatur sedemikian rupa hasilnya oleh Moskow. Kendati ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya untuk “merebut” keempat wilayah itu. Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen dari luas wilayah Ukraina. Jika digabung, luasnya setara dengan luas Portugal. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement