REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak Ukraina untuk segera menghentikan permusuhan dan kembali ke meja perundingan. Ajakan negosiasi itu disampaikan setelah Putin mengesahkan bergabungnya empat wilayah Ukraina, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia ke Rusia.
"Kami menyerukan kepada rezim Kiev untuk segera menghentikan tembakan, semua permusuhan, menghentikan perang yang dimulai oleh Kiev pada tahun 2014, serta kembali ke meja perundingan," kata Putin saat berpidato di acara penandatanganan perjanjian aksesi empat wilayah Ukraina ke Rusia, Jumat (30/9), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Putin menekankan bahwa Rusia berulang kali menyampaikan kesiapannya untuk terlibat dalam negosiasi. Ketua komite internasional di State Duma (majelis rendah Rusia), Leonid Slutsky, turut menyerukan Ukraina meletakkan senjata dan terlibat dalam perundingan dengan Moskow.
"Satu-satunya cara bagi Kiev hari ini adalah menyerahkan senjata dan kembali ke meja perundingan. Dengan demikian, aliran korban berdarah rezim Kiev akan berhenti,” kata Slutsky.
Setelah empat wilayahnya direbut dan dirangkul menjadi bagian teritorial Rusia lewat mekanisme referendum, Ukraina tampaknya belum akan menghentikan pertempuran dengan Moskow. Pada 23 hingga 27 September lalu, Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia. Moskow mengklaim, sekitar 98 persen pemilih dalam referendum setuju untuk bergabung.
Ukraina dan sekutu Barat-nya menolak hasil referendum tersebut. Mereka menilai referendum itu telah diatur sedemikian rupa hasilnya oleh Moskow. Kendati ditolak dan ditentang, Rusia tetap melanjutkan rencananya untuk “merebut” keempat wilayah itu. Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhzhia mewakili 15 persen dari luas wilayah Ukraina. Jika digabung, luasnya setara dengan luas Portugal.