Sabtu 01 Oct 2022 16:08 WIB

Mengenal Wisata Ilmiah Perpustakaan dan Museum di Kota Bogor

Mustani dan PUSTAKA layak dijadikan tujuan study tour

Red: A.Syalaby Ichsan
Koleksi Buku Pustaka Bogor
Foto: Dok Penulis
Koleksi Buku Pustaka Bogor

Oleh : Juznia Andriani Pustakawan Madya Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian,Bogor ([email protected])

REPUBLIKA.CO.ID,Wisata ke Kota Bogor memang menyenangkan. Tak aneh banyak sekolah dari luar kota memilihnya sebagai tujuan untuk study tour. Kebun Raya Bogor dipilih menjadi destinasi utama. Namun belum banyak yang tahu ada tempat wisata menarik lainnya di Kota Bogor. Museum Tanah dan Pertanian (Mustani) serta Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) layak dijadikan tujuan study tour. Lokasi dekat Kebun Raya,  PUSTAKA dan Mustani sangat mudah untuk dijangkau. 

 Selama pandemi, PUSTAKA dan Mustani tetap buka melayani pengunjung secara virtual. Setelah hampir dua tahun PUSTAKA dan Mustani tidak menerima kunjungan karena Pandemi Covid 19, tahun 2022 mulai dibuka untuk umum meskipun masih terbatas. Data kunjungan menunjukkan peningkatan baik di PUSTAKA maupun Mustani. Sampai bulan Agustus pemustaka yang datang langsung ke PUSTAKA lebih dari 3200 orang, pengunjung Mustani lebih dari 6000 orang. 

Kegiatan dan informasi  pertanian di Indonesia dapat dipelajari di dua tempat ini. Mustani dan PUSTAKA mempunyai sejarah panjang dan menjadi bukti perjalanan kegiatan pertanian di Indonesia. Pada awal pendiriannya, PUSTAKA merupakan bagian dari Kebun Raya Bogor. Pada tahun 1850, secara resmi menjadi sebuah perpustakaan dengan nama Bibliotheek's Land Plantentuin te Buitenzorg, tahun 1948 terkenal dengan nama Bibliotheca Bogoriensis.  Pada bulan Maret 2000 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 160/2000 berubah nama menjadi PUSTAKA

Kekayaan PUSTAKA terlihat pada koleksi perpustakaan berupa buku cetak berjumlah lebih dari 43.000 judul. Koleksi tercetak mencakup juga koleksi antikuariat. Koleksi Antikuariat adalah koleksi yang memiliki umur lebih dari 50 tahun, mempunyai nilai sejarah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan budaya bangsa. Koleksi-koleksi tersebut tersimpan di ruang khusus yang disebut Ruang Antikuariat berjumlah  6.715 eksemplar. Jumlah tersebut akan bertambah dari hasil seleksi koleksi antikuariat yang penyimpanan masih tergabung dengan koleksi buku.

Kunjungan  ke PUSTAKA, pemustaka dapat mengikuti Library Tour. Diawali dengan pengenalan layanan dan koleksi, mengikuti kegiatan di Kid Corner untuk membaca, bermain game dan kegiatan edukatif, menonton film serta story telling. Di Ruang Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka, pemustaka dapat melihat dan praktik langsung tentang penanganan buku antikuariat.

Buku antikuariat bervariasi mulai dari bahasa, ukuran, bentuk dan covernya. Ada buku dengan cover kulit lembu, kulit reptil dan juga kaleng seng. Isi buku sangat menarik, terutama buku dengan subjek biologi. Buku antikuariat banyak menampilkan gambar gambar yang menarik dan mirip dengan aslinya. Gambar hasil lukisan tangan banyak menghiasi di buku antikuariat, terutama gambar hasil ekspedisi ilmuwan di masa dahulu.

Kegiatan pencucian buku banyak diminati pemustaka. Banyak yang heran mengapa tulisan dan gambar buku tidak luntur padahal direndam di air? Tahapan yang panjang dalam preservasi buku, menunjukkan rasa “aware” kita pada peninggalan koleksi sejarah pengetahuan.

Tahapan dimulai dari pemisahan buku perlembar, dicuci, dikeringkan sampai dengan laminasi dengan kertas tissue yang diimpor dari Jepang dan penjilidan kembali. Buku antikuariat yang sifatnya Indonesiana (tentang Indonesia) digitalisasi untuk dapat diakses pemustaka tanpa memegang fisik bukunya. Koleksi tua ini merupakan asset negara yang harus dipertanggung jawabkan keberadaannya, dipelihara dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas. 

Koleksi antikuariat PUSTAKA banyak menjadi referensi di Museum Tanah dan Pertanian (Mustani). Awalnya bernama Museum Tanah yang berdiri sejak 29 September 1988, kemudian  berkembang menjadi Mustani yang diresmikan  pada tanggal 22 April 2019.   

Berlokasi di jalan Juanda No. 20 Bogor, Mustani   menempati gedung Laboratorium Voor Agrogeologie en Grond Onderzoek atau Laboratorium Penelitian Agrogeologi dan Tanah, yang didirikan pada zaman Pemerintahan Belanda sekitar tahun 1900. Mustani menjadi wahana berekreasi sekaligus belajar mengenai sejarah dan inovasi pertanian di masa depan.  

Sejumlah 100 koleksi jenis tanah yang mewakili wilayah di Indonesia dalam bentuk monolith yaitu penampang tanah yang diawetkan dipamerkan di Mustani. Terdapat juga 10 ordo tanah dari 12 ordo tanah yang ada di dunia. Pengunjung tentunya bangga, hampir semua ordo tanah ada di Indonesia, kecuali gurun dan kutub. Galeri peradaban di Mustani menampilkan koleksi beragam varietas padi, berbagai varietas kacang hijau, kedelai dan juga komoditas lain untuk mengenalkan keanekaragaman pangan non beras. Terdapat juga koleksi dalam kegiatan peternakan dan juga inovasi penelitian pertanian di masa depan. Hal ini sesuai dengan tema Mustani “Connecting the past to the future”, yang tidak hanya menampilkan sejarah dan objek pertanian di masa lampau hingga saat ini namun juga pertanian masa depan. Konsep “ Bertolak dari Masa lalu, Menapak Ke Masa Depan” mengajak para pengunjung untuk menapak sejarah serta peradaban  pertanian dimasa lalu hingga sekarang melalui artefak dan deskripsi di galeri museum.  

Diorama pengelolaan sawah, alat pertanian serta berbagai jenis komoditas pangan di Indonesia dapat dilihat di museum. Pengelolaan sawah dideskripsikan dengan SUBAK, organisasi pengelola perairan di Bali yang telah diterapkan sejak abad ke-1 Masehi. Peran pengelolaan Subak beragam  mulai dari irigasi, jadwal pengairan , jadwal tanam semua menjadi perwujudan masyarakat agraris. Pengunjung menjadi paham bahwa SUBAK diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO di tahun 2012. 

Miniatur rumah petani dilengkapi lumbung, alat pertanian seperti ani ani, arit, bajak menjadi sarana belajar  untuk mendalami kehidupan petani. Setiap artefak mempunyai keunikan tersendiri. Tanaman perkebunan primadona pada masa kolonial yaitu teh, kopi, karet, tembakau tebu dan kina ditampilkan juga di museum lengkap dengan sejarahnya. Foto-foto tentang citra Hindia Belanda dan Hindia Barat dalam segala aspeknya, seperti lanskap, pemandangan kota, arsitektur, dan kehidupan pada masa itu tertata rapi dengan deskripsinya. Koleksi foto dan beberapa catatan atau tulisan penting di sajikan  sehingga pengunjung tahu fisik bangunan seperti waduk, lembaga penelitian, kondisi persawahan dan perkebunan di masa lalu berikut sketsa kehidupan masyarakat petani. 

Untuk menarik minat milenial mengunjungi museum, tersedia spot yang instagramable. Pihak museum juga menyediakan property untuk berfoto seperti baju petani, caping dan alat pertanian. Selama ini promosi masih terbatas di websites dan WA, instagram dan facebook.

Museum sedang mengusahakan promosi melalui media lain  agar jangkauan lebih luas. Kerjasama dengan komunitas juga terus dilakukan.untuk meningkatkan kunjungan. Beberapa pameran yang diikuti Mustani berhasil menambah jumlah kunjungan. Jadi sobat semua jika ingin tahu lebih detail tentang PUSTAKA dan Mustani, jangan ragu segera kunjungi. Museum dan perpustakaan menjadi wisata ilmiah untuk menambah pengetahuan sekaligus rekreasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement