REPUBLIKA.CO.ID, WARSAW -- Kebocoran besar yang meledak di jaringan pipa gas Nord Stream telah menghasilkan banyak teori. Akan tetapi hanya sedikit jawaban yang jelas tentang siapa atau apa yang menyebabkan kerusakan pipa gas yang mengalir dari Rusia ke Eropa di bawah Laut Baltik tersebut.
Siapa yang disalahkan?
Sejauh ini, pemerintah dan pejabat Barat menghindari menyalahkan secara langsung. Sebaliknya, Rusia telah menuduh Barat.
Negara-negara Uni Eropa meyakini kerusakan itu disebabkan oleh sabotase, tetapi tidak menyebutkan pihak manapun. Fatih Birol, Kepala Badan Energi Internasional, mengatakan "sangat jelas" siapa yang berada di balik insiden, tetapi tidak mengatakan secara eksplisit.
Kremlin menolak tuduhan dan justru mengatakan Washington memiliki motif karena ingin menjual lebih banyak gas alam cair (LNG) ke Eropa. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya lah yang meledakkan Nord Stream. "Sanksi tidak cukup untuk Anglo-Saxon: mereka pindah ke sabotase," katanya, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (1/10/2022).
Gedung Putih juga telah menolak tuduhan. Presiden AS Joe Biden mengatakan kerusakan pada Nord Stream adalah tindakan sabotase yang disengaja.
Mengapa ada sabotase?
Kepala Angkatan Laut Jerman Jan Christian Kaack pernah mengatakan Rusia juga telah membangun kapasitas yang cukup besar di bawah air. Di dasar Laut Baltik, lalu di Atlantik, ada sedikit infrastruktur penting seperti jaringan pipa atau kabel bawah laut untuk TI.
"(Rusia) dapat mengintimidasi orang Eropa melalui tindakan sabotase. Karena jika mereka mampu meledakkan pipa-pipa ini di dasar laut Baltik, mereka juga bisa melakukannya pada pipa baru itu," kata Kristine Berzina, rekan senior untuk keamanan dan pertahanan di German Marshall Fund.
Namun, jika itu adalah tindakan sabotase, tentu telah merusak jaringan pipa yang dibangun oleh Gazprom yang dikendalikan Kremlin dan mitra Eropanya dengan biaya miliaran dolar. Kerusakan itu juga berarti membuat Rusia kehilangan elemen pengaruh yang masih dimilikinya atas Eropa.
Padahal negara berlomba menemukan pasokan gas lain untuk musim dingin, bahkan jika jaringan pipa Nord Stream tidak memompa gas ketika kebocoran ditemukan, menurut para analis. Terlepas siapa yang harus disalahkan, Ukraina mungkin juga diuntungkan.
Bagaimana Nord Stream bisa rusak?
Para ahli mengatakan dari skala kerusakan dan fakta menunjukkan bahwa tindakan itu disengaja dan diatur dengan baik. Seismolog di Denmark dan Swedia mengatakan telah mencatat dua ledakan kuat di sekitar kebocoran dan ledakan itu di dalam air, bukan di bawah dasar laut.
Sebuah sumber pertahanan Inggris mengatakan kepada Sky News bahwa serangan itu mungkin direncanakan dan diledakkan dari jauh menggunakan ranjau bawah air atau bahan peledak lainnya. Analis melihat itu disengaja oleh pihak yang punya akses teknologi canggih.
Saluran berita CNN, mengutip tiga sumber, melaporkan bahwa pejabat keamanan Eropa telah melihat kapal laut Rusia tidak jauh dari lokasi kebocoran Nord Stream. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengonfirmasi ada kehadiran NATO yang jauh lebih besar di daerah itu.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Atas permintaan Rusia, Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan untuk membahas kerusakan pada jaringan pipa, sementara Eropa melanjutkan penyelidikan mereka.
“Namun, untuk saat ini, menyalahkan langsung antara Rusia dan Barat dapat memperburuk ketegangan yang telah meningkat selama perang di Ukraina,” kata Marek Swierczynski, seorang analis pertahanan untuk think tank Polandia Polityka Insight.