REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Salah satu kegiatan dalam rangkaian acara Masa Ta'aruf (Mataf) Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta Tahun Akademik 2022/ 2023 adalah pembuatan ecobrick. Ribuan mahasiswa baru pun dilibatkan untuk pembuatan ecobrick tersebut.
Dari kegiatan itu, Unisa Yogyakarta meraih penghargaan Rekor MURI. Rekor ini didapatkan dalam dua kategori, yakni Pembuatan Ecobrick oleh Mahasiswa Baru Terbanyak dan Pembuatan Konfigurasi Tulisan dari Rangkaian Ecobrick Terbanyak.
Penghargaan diserahkan oleh perwakilan MURI,Sri Widayati, kepada Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti, di kampus Unisa Yogyakarta. Untuk kategori pertama, Unisa mencatatkan rekor karena ecobrick dibuat oleh 1.912 mahasiswa baru.
Sedangkan, untuk kategori kedua Unisa mencatatkan rekor karena menghasilkan 1.917 ecobrick yang dikonfigurasi menjadi tulisan Unisa.
"Pembuatan (ecobrick) terhitung sekitar satu jam dan juga konfigurasinya. Makna filosofisnya kenapa kita ambil 1.912 (mahasiswa), karena 1912 merupakan tahun berdirinya Muhammadiyah dan 1917 merupakan tahun berdirinya 'Aisyiyah," kata Koordinator Penyelenggaraan Rekor MURI Unisa Yogyakarta, Irfan NurHasan Aksara, Jumat (30/9/2022).
Ide ecobrick ini awalnya dimunculkan karena keresahan akan permasalahan sampah plastik di DIY. Melalui ecobrick ini,Unisa Yogyakarta berupaya berkontribusi dalam pengelolaan sampah plastik.
Ecobrick merupakan botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali. Hasan mengatakan, pembuatan ecobrick sendiri sangat mudah dan dengan material yang juga gampang ditemukan yakni botol dan sampah plastik.
Masing-masing mahasiswa diminta untuk membawa sampahnya sendiri guna dijadikan ecobrick. Dari ecobrick yang sudah dibuat dan dikonfigurasi tersebut, nantinya dimanfaatkan menjadi sesuatu yang dapat digunakan kembali.
Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti mengatakan, diraihnya rekor ini menjadi awal untuk mendukung visi Unisa sebagai kampus berwawasan kesehatan maupun yang berwawasan lingkungan.
Dengan begitu, rekor itu diharapkan tidak hanya sekadar seremonial, namun menjadi motivasi bagi seluruh civitas akademik untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan maupun masyarakat luas.