Senin 03 Oct 2022 00:52 WIB

Petugas KPU Brasil Tempuh Ribuan Kilometer untuk Jangkau Pemilih di Amazon

Karena jarak yang jauh, tim KPU termasuk polisi, akan bermalam di penginapan darurat.

Rep: Rizky Jaramaya/AP/ Red: Muhammad Fakhruddin
Bendera dengan gambar kampanye Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang merupakan kandidat untuk pemilihan kembali, ditampilkan untuk dijual di dekat tempat pekerja publik federal memprotes pemotongan gaji, di Brasilia, Brasil, Selasa, 2 Agustus 2022.
Foto: AP/Eraldo Peres
Bendera dengan gambar kampanye Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang merupakan kandidat untuk pemilihan kembali, ditampilkan untuk dijual di dekat tempat pekerja publik federal memprotes pemotongan gaji, di Brasilia, Brasil, Selasa, 2 Agustus 2022.

REPUBLIKA.CO.ID,MANAUS -- Petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) Brasil, menempuh perjalanan ribuan kilometer untuk menjangkau pemilih di wilayah Amazon. Ribuan penduduk Amazon tinggal di desa-desa kecil yang dijangkau dengan perahu. 

Negara bagian Amazonas adalah yang terbesar di Brasil. Lebih dari separuh kotanya sama sekali tidak dapat dicapai melalui jalan darat, dan beberapa di antaranya berjarak ratusan kilometer dari ibu kota negara bagian, Manaus.

Baca Juga

Logistik menimbulkan tantangan bahkan di Manaus, sebuah kotamadya dengan jumlah penduduk 2,2 juta jiwa.  Pada hari Sabtu (1/10), The Associated Press menemani petugas KPU mendirikan tempat pemungutan suara di komunitas Bela Vista do Jaraqui, yang ditempuh dengan perjalanan menggunakan perahu selama tiga jam dari kota.

 “Tidak ada kandidat yang muncul di sini selama kampanye (pemilihan presiden). Jika tidak ada yang datang selama kampanye, Anda bisa bayangkan setelahnya," ujar seorang nelayan lokal dan petani kecil, João Moraes de Souza,  kepada The Associated Press.  

Karena jarak yang jauh, tim KPU termasuk polisi, akan bermalam di penginapan darurat dan kembali ke Manaus pada Ahad (2/10) setelah pemungutan suara berakhir pada sore hari. "Ada banyak kesulitan. Tetapi berpartisipasi dalam proses kewarganegaraan ini membuat semua pengorbanan sepadan," ujar salah satu petugas pemilu adalah Ana Lúcia Salazar de Souza.

Mengumpulkan suara di wilayah terpencil di Lembah Javari Amazonas akan lebih sulit. Hingga 2012, satu-satunya pusat pemungutan suara di kawasan itu berada di Kota Atalaia do Norte.  Tahun itu, seorang calon walikota membagikan bensin kepada sekitar 1.200 masyarakat Adat Lembah Javari sehingga mereka bisa melakukan perjalanan ke hilir untuk memilih.

Kandidat presiden tahun ini belum menyediakan bahan bakar yang cukup untuk perjalanan pulang para pemilih. Mereka terdampar di tepi sungai selama berminggu-minggu tanpa sanitasi yang layak, sehingga memicu wabah rotavirus.  Lima bayi Kanamari meninggal dan sekitar 100 orang lainnya dirawat di rumah sakit.

Pada saat itu, pakar Pribumi Bruno Pereira memimpin biro lokal badan adat Brasil memberikan makanan dan air, serta mengoordinasikan karantina untuk mencegah virus mencapai desa-desa adat.  Kemudian, dia dan pemimpin adat setempat mengembangkan rencana untuk mengangkut mesin pemungutan suara elektronik ke desa-desa terpencil. Belum lama ini Pereira bersama jurnalis Inggris Dom Phillips ditemukan tewas terbunuh.

Desa-desa di wilayah Lembah Javari menerima pusat pemungutan suara pertama mereka pada 2014. Untuk mengirimkan mesin pemungutan suara ke desa yang paling jauh, petugas pemilu Vida Nova, biasanya terbang dengan pesawat kecil dari Manaus ke Cruzeiro do Sul, sebuah kota di negara bagian Acre. Setelah itu mereka naik helikopter.  Ini adalah perjalanan pulang pergi sejauh 1.000 mil untuk mencapai tempat dengan 327 pemilih, di negara dengan pemilih lebih dari 150 juta orang. 

Tahun ini, wilayah Lembah Javari memiliki tujuh TPS, untuk 1.655 pemilih Pribumi.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement