Senin 03 Oct 2022 12:21 WIB

BPS: Laju Inflasi September Melonjak 1,17 Persen, Tertinggi Sejak Desember 2014

BPS mencatat laju inflasi tahunan telah mencapai 5,95 persen didorong kenaikan BBM.

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sebesar 1,17 persen pada September 2022. Adapun realisasi ini tertinggi sejak Desember 2014. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan kondisi tersebut membuat laju inflasi secara tahunan sebesar 5,95 persen dan inflasi tahun kalender sebesar 4,84 persen.
Foto: Humas BPS
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sebesar 1,17 persen pada September 2022. Adapun realisasi ini tertinggi sejak Desember 2014. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan kondisi tersebut membuat laju inflasi secara tahunan sebesar 5,95 persen dan inflasi tahun kalender sebesar 4,84 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sebesar 1,17 persen pada September 2022. Adapun realisasi ini tertinggi sejak Desember 2014. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan kondisi tersebut membuat laju inflasi secara tahunan sebesar 5,95 persen dan inflasi tahun kalender sebesar 4,84 persen.

“Inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen, tertinggi sejak Desember 2014,” ujarnya saat konferensi pers, Senin (3/10/2022).

Margo menjelaskan, komoditas utama penyumbang laju inflasi antara lain harga bahan bakar minyak (BBM), beras, tarif angkutan online, angkutan dalam kota, dan bahan bakar rumah tangga. Dari pantauan BPS dari 90 kota diamati sebanyak 88 kota mencatatkan laju inflasi. 

“Penyebab utamanya karena kenaikan harga bensin memberikan andil itu 0,81 persen. Kemudian, beras memberikan andil 0,35 persen. Angkutan dalam kota berikan andil 0,18 persen dan angkutan antar kota 0,09 persen,” ucapnya.

“Ada 88 kota mengalami inflasi. Bukittinggi menjadi kota dengan inflasi tertinggi sebesar 1,87 persen, penyumbang utama BBM dan beras dan inflasi terendah Merauke itu hanya inflasi 0,07 persen. Dua kota deflasi Manokwari itu deflasi 0,64 persen, di Timika terjadi deflasi 0,59 persen,” ucapnya.

Berdasarkan kelompoknya, kenaikan harga sektor transportasi menjadi pendorong utama. Adapun sektor transportasi mengalami inflasi 8,88 persen dan memberi andil sebesar 1,08 persen.

"Kalau dilihat komoditas yang dominan itu adalah bensin, kemudian angkutan dalam kota, solar, angkutan antar kota dan tarif angkutan roda dua online dan tarif angkutan roda empat online," ucapnya.

Laju inflasi tertinggi pada September sejalan perkembangan inflasi pada era Presiden Joko Widodo sejak menjabat presiden pada Oktober 2014 hingga Agustus 2022. Laju inflasi hanya dua kali melewati satu persen yakni pada 1,50 persen November 2014 dan 2,46 persen pada Desember 2014.

Laju inflasi periode tersebut melonjak setelah Jokowi menaikkan harga BBM pada 18 November 2014. Setelah periode inflasi tinggi November dan Desember 2014, Indonesia tidak pernah mengalami inflasi di atas satu persen hingga Agustus 2022.

Laju inflasi tertinggi pada Januari 2015 sampai Agustus 2022 tercatat pada Januari 2017 sebesar 0,97 persen akibat dari kenaikan tarif perpanjangan surat tanda nomor kendaraan (STNK) dan tarif dasar listrik. Berdasarkan data BPS, kenaikan harga BBM selalu melambungkan inflasi ke atas satu persen.

Didorong kenaikan BBM Subsidi.....

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement