REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Senin (3/10/2022) menuding Amerika Serikat (AS) dan Israel merencanakan protes besar-besaran menyusul kematian Mahsa Amini (22 tahun) di dalam tahanan. Khamenei mengatakan, aksi demonstrasi protes tersebut merupakan plot asing untuk mengacaukan Iran.
“Kerusuhan ini sudah direncanakan. Kerusuhan dan ketidakamanan ini dirancang oleh Amerika dan rezim Zionis, dan pendukung mereka," ujar Khamenei.
Khamenei menggambarkan, tindakan pengunjuk rasa yang merobek jilbab, membakar masjid, bank, dan mobil polisi sebagai aksi yang tidak normal dan tidak wajar di Iran. Khamenei melontarkan pernyataan ketika protes nasional yang dipicu oleh kematian Amini memasuki minggu ketiga. Amini meninggal dunia di dalam tahanan setelah ditangkap oleh polisi moral, karena tidak menggunakan jilbab yang sesuai aturan.
Televisi pemerintah Iran melaporkan, jumlah korban tewas akibat bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan petugas keamanan mencapai 41 orang. Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International yang berbasis di London telah mengidentifikasi 52 korban, termasuk lima perempuan dan lima anak-anak. Sementara pejabat lokal melaporkan setidaknya 1.500 penangkapan.
Protes atas kematian Amini telah menimbulkan banyak keluhan di Iran, termasuk lonjakan harga, pengangguran yang tinggi, pembatasan sosial, dan penindasan politik. Demonstrasi terus berlanjut di Teheran dan provinsi lainnya, ketika pihak berwenang telah membatasi akses internet dan memblokir aplikasi media sosial.
Para mahasiswa berkumpul untuk menggelar protes di seluruh universitas di Iran. Mereka meneriakkan slogan-slogan yang menentang pemerintah dan mengecam tindakan keras pasukan keamanan terhadap para demonstran.
Sejumlah universitas di kota-kota besar termasuk Isfahan di Iran tengah, Mashhad di timur laut dan Kermanshah di barat telah mengadakan protes besar-besaran. Para mahasiswa berkerumun, bertepuk tangan, dan membakar jilbab.
“Jangan sebut itu protes, ini revolusi sekarang,” teriak mahasiswa di Universitas Shahid Beheshti di Ibu Kota Teheran, saat para perempuan melepas jilbab mereka dan membakarnya. Tindakan itu sebagai protes atas undang-undang Iran yang mewajibkan wanita untuk menggunakan jilbab.