Selasa 04 Oct 2022 05:15 WIB

Pentingnya Hati-Hati Menjaga Makanan dan Bicara Bagi Penuntut Ilmu

Penuntut ilmu harus memiliki sifat kehati-hatian dalam menjaga makanan dan bicara.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Pentingnya Hati-Hati Menjaga Makanan dan Bicara Bagi Penuntut Ilmu. Foto:  Kitab (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Pentingnya Hati-Hati Menjaga Makanan dan Bicara Bagi Penuntut Ilmu. Foto: Kitab (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Seorang pelajar atau santri harus memiliki sikap wara' atau berhati-hati dalam segala sesuatu termasuk apa yang dimakan dan diperbuatnya. Imam Az-Zarnuji dalam kitabnya "Ta'limul Muta'allim" mengatakan, dalam masalah wara sebagian ulama meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda:

"Siapa yang tidak bersikap wara pada waktu belajarnya, maka Allah memberinya ujian dengan salah satu dari tiga perkara: dimatikan pada usia muda, atau ditempatkan di perkampungan orang-orang bodoh, atau mengujinya dengan menjadi pembantu bagi penguasa."

Baca Juga

Imam Az-Zarnuji menyampaikan, apabila seorang pelajar mau bersikap wara maka ilmunya lebih bermanfaat, dan belajar pun akan menjadi mudah serta mendapatkan banyak faedah.  Termasuk berbuat wara' adalah menjaga dirinya jangan sampai perutnya kenyang, terlalu banyak tidur dan banyak membicarakan hal yang tidak bermanfaat. 

"Selain itu, hendaknya berhati-hati dari memakan makanan dari pasar, Jika memungkinkan. Sebab, makanan ini lebih mudah terkena najis dan kotor, jauh dari zikrullah, bahkan membuat lengah dari mengingat Allah," katanya.

Pasalnya, orang-orang fakir selalu melihat makanan itu, tapi tidak mampu membelinya sehingga mereka tersakiti hatinya. Oleh sebab itu, berkah pun akan hilang darinya.

Dikisahkan: Syekh Al-Imam yang mulia Muhammad bin Al-Fadl rahimahullah pada masa belajarnya tidak pernah memakan makanan dari pasar. Ayahnya sendiri yang tinggal di dusun yang selalu mengirimnya makanan setiap hari Jumat. 

Pada suatu hari, sang ayah mengetahui ada roti pasar di kamar Muhammad bin Al-Fadl Ia pun marah, dan tidak mau berbicara dengan sang putra. Akhirnya Muhammad menjelaskan, "Saya tidak membeli roti itu dan memang tidak mau memakannya, tetapi itu pemberian temanku." 

Bapaknya menjawab, "Bila kau berhati-hati dan wara' niscaya temanmu tak akan berani memberikan roti seperti itu."

Demikianlah kata Imam Az-Zarnuji para penuntut ilmu dahulu berbuat wara'. Dengan itu, mereka diberi ilmu dan pengajarannya, hingga nama mereka tetap harum sampai hari kiamat.

Imam Az-Zarnusi ada seorang zuhud dari kalangan ahli fiqih menasehati seorang pelajar, "Jagalah dirimu dari ghibah dan bergaul dengan orang yang banyak bicara."

Lalu ia meneruskan nasihatnya, "orang yang banyak bicara itu mencuri umurmu dan menyia-nyiakan waktumu." 

Termasuk sikap wara' lainnya lagi adalah hendaknya menjauhi kaum perusak, orang-orang yang berbuat kemaksiatan dan para pengangguran. Sebab, bergaul dengan mereka itu pasti akan sangat terpengaruh. 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْۗ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.”

(QS. Al-A'raf ayat 73)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement