REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kongres Wanita Indonesia (Kowani) menyampaikan rasa duka cita dan keprihatinan atas tragedi pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang membawa korban jiwa lebih dari seratus suporter bola Arema FC. Apalagi, sebagian penonton sepak bola tersebut terutama korban adalah perempuan dan anak-anak.
“Kami turut prihatin dan menyampaikan rasa duka yang sangat mendalam terhadap korban tragedi yang menimpa sebagian penonton sepak bola tersebut terutama korban perempuan dan anak-anak,” kata Ketua Umum Kowani, Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo, MPd, dalam pernyataan tertulisnya, Senin (3/10/2022).
Kowani yang merupakan organisasi federasi perempuan tertua dan terbesar di Indonesia serta merupakan bagian dari Internasional Council of Women ( ICW ) menyampaikan rasa duka cita mendalam atas tragedi pertandingan sepakbola yang memilukan tersebut. Dalam tragedi tersebut, Kowani berpendapat bahwa bukan pada tempatnya lagi saling menyalahkan antarsatu pihak dengan pihak lain.
"Apalagi jika sikap saling menyalahkan tersebut memiliki potensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Jangan memprovokasi, jangan pula mudah terprovokasi. Beri kesempatan aparat untuk melakukan proses penyelidikan hingga tuntas,” jelas Giwo.
Kowani sebagai organisasi ibu bangsa, diakui Giwo mempunyai tanggung jawab moral untuk melindungi perempuan dan anak-anak dari kegiatan yang berisiko dan berpotensi membahayakan jiwa. "Termasuk dalam hal ini, mendatangi kerumunan massa dalam jumlah yang sangat besar seperti menonton pertandingan bola di lapangan," jelasnya.
Menurut Giwo, hendaknya risiko-risiko tersebut sudah dimitigasi oleh para perempuan dengan tujuan memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak-anak. "Fanatisme terhadap sepak bola tidak salah, tetapi membawa anak-anak menonton dalam kerumunan massa yang besar tentu juga berisiko sehingga sebaiknya dihindari."
Kowani, lanjut Giwo, juga mengimbau para pihak yang terkait dengan penyelenggaraan kompetisi persepakbolaan untuk mengevaluasi kembali kegiatan-kegiatan yang melibatkan kerumunan massa dalam jumlah sangat besar. Prosedur dan protokol keamanan harus dipastikan berjalan dengan baik dan sempurna, sebelum memutuskan menggelar pertandingan akbar. "Kepada pemerintah, dalam hal ini Kemenpora, kami juga mengimbau untuk terus mengedukasi masyarakat agar kejadian tragis ini tidak terulang lagi," katanya menegaskan.