REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) turut memberikan pendampingan kepada keluarga para korban tragedi Kanjuruhan untuk menenangkan. Sederet tim dari Fakultas Psikologi dan RS UMM diturunkan sebagai bentuk kontribusi bagi masyarakat di tengah tragedi.
Selain itu, Kampus Putih juga menurunkan tim medis dari RS UMM untuk membantu penanganan korban sejak Sabtu malam tadi (1/10/2022). RS UMM juga sudah berkoordinasi dengan sejumlah fasilitas kesehatan lain dan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. “Kami sudah berkoordinasi dengan banyak pihak dan langsung terjun membantu para korban di Kanjuruhan,” kata Wakil Direktur RS UMM, Thontowi Jauhari.
Terkait kondisi tersebut, Psikolog UMM Hudaniah mengatakan, setiap keluarga pasti merasakan kehilangan. Namun, tingkatnya akan berbeda tergantung peran korban dalam keluarganya.
Hudaniah mengatakan, ada korban yang menjadi tulang punggung, anak pertama, anak tunggal, suami, anak, dan lainnya. Semakin kuat peran korban di keluarganya, maka semakin tinggi pula tingkat kehilangannya. Jika korban merupakan tulang punggung keluarga, maka kehilangan akan terasa sangat menyakitkan.
Salah satu cara untuk mengurangi rasa kehilangan tersebut adalah dengan social support. Ini merupakan sebuah cara bagaimana keluarga, tetangga, atau lembaga pemerintahan terdekat seperti Rukun Tetangga (RT) maupun Rukun Warga (RW) menemani dan menenangkan. Jika sudah membaik, keluarga yang ditinggalkan bisa beranjak dan melakukan langkah lain untuk melanjutkan hidup. Para kerabat juga bisa membantu baik dari segi material maupun non-material.
Melihat hal itu, UMM menurunkan tim psikolog dari Fakultas Psikologi untuk mendampingi keluarga korban. UMM berupaya hadir, menemani, dan mendengarkan keluh kesah keluarga yang ditinggalkan. Menurut dia, bantuan tersebut bisa membantu para korban.
"Kami juga berpesan agar jangan sampai para tetangga menanyakan kronologi dan kejadiannya. Karena hal itu malah akan memperburuk keadaan,” kata Hudan dalam pesan resmi yang diterima Republika.co.id