REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sebuah jembatan di Kampung Bangbayang, Desa Mekarsari, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, merupakan salah satu fasilitas umum yang rusak terdampak bencana pada Kamis (22/9/2022). Namun, kondisi jembatan itu masih belum diperbaiki hingga saat ini.
Kepala Desa Mekarsari, Iyus Mudzakir, mengatakan, kondisi jembatan yang biasa disebut Jembatan Bangbayang itu masih rusak hingga Senin (3/10/2022). Menurut dia, jembatan itu masih belum diperbaiki. Alhasil, aktivitas masyarakat di Kampung Bangbayang terganggu.
"Kondisi masih tetap belum ada perbaikan," kata Iyus ketika dikonfirmasi Republika, Senin malam.
Ia menjelaskan, warga sekitar telah berupaya membuat akses alternatif pada H+1 kejadian bencana. Akses darurat itu dibuat agar warga di Kampung Bangbayang tak terisolasi. Pasalnya, jembatan itu merupakan satu-satunya akses warga kampung ke luar wilayahnya.
Selain itu, akses darurat juga digunakan untuk mengalihkan seluruh kendaraan roda dua dan empat ke seberang jembatan. Namun, akses darurat itu dinilai masih riskan untuk dilalui kendaraan setiap harinya.
"Jadi kendaraan ditaruh di seberang sungai. Ada yang dititipkan di keluarganya, ada juga dikumpulkan di parkiran dengan piket dari karang taruna dan pemuda setempat. Termasuk kendaraan angkutan sekolah roda empat," kata Iyus.
Ia menambahkan, pemerintah desa setempat telah mengadakan rapat untuk membuat jembatan gantung sementara agar warga bisa beraktivitas ke luar masuk kampung. Namun, pihaknya masih dalam proses negoisasi izin dengan pemilik tanah yang akan dilewati oleh masyarakat ke jembatan gantung itu.
"Jadi kalau nanti jembatan diperbaiki, tetap harus ada jalan alternatif minimal untuk pejalan kaki. Makanya, pemdes berinisiatif buat rawayan (jembatan gantung) sementara," kata dia.
Menurut Iyus, kondisi Jembatan Bangbayang itu memang sudah rusak atau miring sejak 2020, ketika bencana banjir bandang terjadi di selatan Kabupaten Garut. Pemerintah desa dinilai sudah berupaya meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut untuk melakukan perbaikan.
Namun, perbaikan itu tak kunjung dilakukan hingga jembatan benar-benar rusak terdampak bencana dua pekan lalu. Padahal, jembatan itu merupakan akses utama sekitar 365 KK atau 1.300 jiwa warga di Kampung Bangbayang untuk kegiatan ekonomi dan pendidikan.
"Kasihan masyarakat juga anak-anak sekolah, terhambat transportasi," kata dia.