Selasa 04 Oct 2022 09:18 WIB

Jepang-Korsel Adakan Pertemuan Dewan Keamanan Nasional Usai Korut Tembakan Rudal

Jepang mengutuk peluncuran rudal Korut dan menyebutnya tindakan sembrono

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan akan mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional masing-masing untuk membahas peluncuran rudal balistik Korut
Foto: EPA-EFE/JEON HEON-KYUN
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan akan mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional masing-masing untuk membahas peluncuran rudal balistik Korut

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Korea Utara (Korut) menembakkan rudal balistik jarak menengah di atas wilayah Jepang untuk pertama kalinya dalam lima tahun pada Selasa (4/10/2022). Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan akan mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional masing-masing untuk membahas situasi tersebut.

"Penembakan itu, yang menyusul serangkaian peluncuran baru-baru ini oleh Korut, adalah tindakan sembrono dan saya sangat mengutuknya," ujar Kishida.

Baca Juga

Kantor perdana menteri Jepang mengatakan, setidaknya satu rudal yang ditembakkan dari Korut terbang di atas Jepang dan diyakini telah mendarat di Samudra Pasifik. Atas tembakan ini, pihak berwenang Jepang memperingatkan penduduk di wilayah timur laut untuk mengungsi ke tempat penampungan dalam peringatan "J-alert" pertama sejak 2017. Peringatan tersebut sebelumnya diaktifkan usai Korut  menembakkan rudal Hwasong-12 ke Jepang dalam uji coba senjata sebelumnya yang provokatif.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan, tidak ada kerusakan yang dilaporkan dari rudal yang terbang 22 menit itu. Rudal itu pun mendarat di perairan di luar zona ekonomi eksklusif negara itu.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (Korsel) mengatakan, mendeteksi rudal yang ditembakkan dari pedalaman utara di Korut. Militer Korsel pun meningkatkan postur pengawasannya dan mempertahankan kesiapannya dalam koordinasi yang erat dengan Amerika Serikat (AS).

Yoon mengatakan, jangkauan rudal adalah 4.000 kilometer, sehingga menempatkan Guam dalam jarak serang. Dia mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional untuk membahas peluncuran itu.

Yoon menyatakan, tindakan tersebut sebagai bentuk provokasi nuklir yang sembrono oleh Korut. Peluncuran tersebut pun akan mendapat tanggapan keras dari Seoul dan komunitas internasional yang lebih luas.

Peluncuran itu adalah uji coba senjata putaran kelima oleh Korut dalam 10 hari terakhir. Peluncuran-peluncuran ini dilihat sebagai tanggapan nyata terhadap latihan militer bilateral antara Korsel dan AS serta pelatihan lain di antara sekutu termasuk Jepang pekan lalu.

Rudal yang ditembakkan selama empat putaran peluncuran terakhir adalah jarak pendek dan jatuh di perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang. Rudal-rudal itu mampu mengenai sasaran di Korsel.

Korea Utara telah menguji coba sekitar 40 rudal pada sekitar 20 acara peluncuran yang berbeda tahun ini. Pemimpin Pyongyang Kim Jong-un pun telah bersumpah untuk memperluas persenjataan nuklirnya dan menolak untuk kembali ke diplomasi nuklir dengan Washington.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement