Selasa 04 Oct 2022 10:34 WIB

Rupiah Dibuka Perkasa, Tapi Masih Rp 15.283 per Dolar AS

Rupiah menguat hari ini karena penurunan nilai index dolar AS

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS terpantau mengalami penguatan pada Selasa (4/10). Di pasar spot, nilai tukar rupiah bergerak naik ke level 15.283 atau menguat 0,27 persen dari level Rp 15.303 per dolar AS saat saat penutupan Senin (3/10).
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS terpantau mengalami penguatan pada Selasa (4/10). Di pasar spot, nilai tukar rupiah bergerak naik ke level 15.283 atau menguat 0,27 persen dari level Rp 15.303 per dolar AS saat saat penutupan Senin (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS terpantau mengalami penguatan pada Selasa (4/10). Di pasar spot, nilai tukar rupiah bergerak naik ke level 15.283 atau menguat 0,27 persen dari level Rp 15.303 per dolar AS saat saat penutupan Senin (3/10). 

Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama mengatakan penguatan rupiah hari ini didorong oleh penurunan nilai dolar AS. "Index dolar AS saat ini telah menurun menjauhi posisi tertingginya pekan lalu," kata Revandra, Selasa (4/10).

Bursa saham Wall Street juga mengalami penguatan sehingga menjadi faktor yang ikut menekan nilai dolar AS. Tiga indeks utama Wall Street kompak melonjak di atas dua persen pada perdagangan semalam. 

Mengingat The Fed masih agresif dalam menetapkan kebijakan untuk inflasi, Revandra memperkirakan penguatan ini berpotensi hanya berlangsung sementara. Suku bunga The Fed diproyeksi dapat mencapai 3,5 persen di akhir tahun.

Selain itu dari dalam negeri belum ada sentimen yang mendorong penguatan rupiah. Inflasi bulan september kemarin dilaporkan 5,95 persen yoy. Secara bulanan inflasi juga melebihi 1 persen. Menurut Revandra, laporan ini berpotensi memberikan beban bagi penguatan rupiah.

Sebelumnya Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan penguatan dolar AS dipengaruhi oleh pernyataan dari pejabat Fed yang mengonfirmasi kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Fed yang masih akan berlanjut dalam rangka meredam tekanan inflasi yang tinggi.

Mempertimbangkan kondisi yang terjadi adalah sentimen penguatan dolar AS terhadap mata uang global termasuk Rupiah, maka diperkirakan sifatnya sementara dan belum menggambarkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia

Hal tersebut terindikasi dari Real Effective Exchange Rate dari Rupiah yang masih cenderung undervalued. Di tengah sentimen negatif di pasar keuangan global tersebut, Bank Indonesia tetap berada di pasar untuk tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah melalui triple intervention serta operation twist.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement