REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia terus mewaspadai dampak lanjutan kenaikan BBM terhadap inflasi inti dan ekspektasi inflasi. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan inflasi inti pada September 2022 terjaga sebesar 0,30 persen (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi Agustus 2022 yang sebesar 0,38 persen (mtm).
"Ke depan, inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan masih berlanjut sejalan dengan dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM bersubsidi dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan," katanya dalam keterangan, Senin (3/10).
Penurunan inflasi inti secara bulanan terutama dipengaruhi oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global. Dampak lanjutan penyesuaian harga BBM terhadap inflasi inti dinilai tetap terjaga pada September 2022.
Penurunan lebih lanjut tertahan oleh kenaikan kelompok pendidikan seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi. Secara tahunan, inflasi inti September 2022 tercatat 3,21 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,04 persen (yoy).
"Bank Indonesia berkomitmen untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan inflasi inti kembali ke sasaran 2-4 persen pada paruh kedua 2023," katanya.
Inflasi karena kenaikan harga BBM tercermin pada inflasi kelompok administered prices pada September 2022 yang mencatat peningkatan menjadi 6,18 persen (mtm) dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,33 persen (mtm). Ini adalah dampak langsung atau first round effect pada inflasi bensin, angkutan dalam kota, solar, angkutan kota antarprovinsi, dan tarif kendaraan online.
Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 13,28 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,84 persen (yoy).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan mitra strategis dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) untuk menjaga inflasi pangan.
Peningkatan efektivitas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) digenjot di berbagai daerah untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan. Kelompok volatile food pada September 2022 kembali mencatat deflasi sebesar 0,79 persen (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 2,90 persen (mtm).
"Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi bawang merah, aneka cabai, dan minyak goreng sejalan dengan peningkatan pasokan seiring panen raya di daerah sentra produksi dan pasokan minyak goreng yang terjaga," katanya.
Di sisi lain, komoditas beras mengalami inflasi seiring periode musim panen gadu di daerah sentra produksi. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 9,02 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,93 persen (yoy).
Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi IHK September 2022 tercatat 5,95 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69 persen (yoy). Ke depan, tekanan inflasi IHK diprakirakan tetap meningkat dan mendorong inflasi tahun 2022 melebihi batas atas sasaran 2-4 persen.