REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog anak dan remaja Ratih Zulhaqi mengatakan anak perlu diajarkan tentang pendidikan seksual dan relasi yang sehat agar anak bisa membedakan yang benar dan salah dan mencegah terjadinya pelecehan seksual. "Jadi jangan hanya bicara tentang reproduksi lalu kemudian kenal anatomi, tapi juga kita perlu membahas kepada anak bagaimana bentuk relasi yang sehat dan tidak sehat, sentuhan yang baik dan tidak baik," katanya di Jakarta, Selasa (4/10/2022).
"Mulai dari step-step secara generalnya misalnya asertif (tegas), ucapkan secara verbal, berani untuk mengungkapkan. Ketika mereka diancam mereka berani untuk tetap mengungkapkan kalau mereka merasa tidak nyaman," ucapnya.
Ratih juga mengatakan bahwa pendidikan seksual dan relasi tidak bisa dilakukan hanya satu pihak tetapi harus ada hubungan timbal balik melibatkan guru, orangtua dan stakeholder lain. "Ini adalah sebuah usaha segitiga jadi tidak bisa hanya satu pihak saja atau satu area saja jadi harus ada hubungan yg resirpokal (timbal balik) bukan hanya guru dan murid tapi melibatkan ortu dan stakeholder lain," ucap Ratih.
Kemudian guru dan orangtua juga bisa melakukan diskusi kelompok untuk membangun kesadaran anak dan apa yang perlu dipahami anak dari tindakan pelecehan seksual.
"Jadi jangan hanya berhenti sekedar tidak boleh nakalin temannya. Kita harus bicara dari sisi pelaku dan korban gimana si pelaku ini kemudian bisa mengontrol perilaku dan bagaimana si korbannya juga bisa tahu how to standup for themself," ucapnya.
Ratih mengatakan, jika anak yang mengalami tindakan pelecehan seksual tidak segera ditangani akan ada trauma yang mendalam dan harus segera dibawa ke ahlinya.
"Kalau dirasa ada siswa kita yang mengalami pelecehan seksual di sekolah sebaiknya cek ke ahlinya supaya bisa diketahui efeknya sejauh mana," tutup Ratih.