UGM-JIRCAS Gelar Riset Kolaborasi untuk Lestarikan Hutan Indonesia
Rep: My43/My42/ Red: Fernan Rahadi
Pimpinan SATREPS dari Indonesia Prof Mohammad Naiem (kiri) dan Pimpinan SATREPS dari Jepang Prof Naoki Tani dalam acara konferensi pers kegiatan launching SATREPS Projects di Ruang Multimedia UGM Yogyakarta, Senin (3/10/2022). | Foto: Dinda Andrea
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kerja sama antara Jepang dan Indonesia terus berlanjut. Salah satu kontribusi Jepang sejauh ini adalah dalam pelestarian hutan di Indonesia dengan menggunakan teknologi terbaru.
Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini melakukan kerja sama riset dengan Japan International Research Center for Agricultural Sciencis (JIRCAS), di mana akan dikaji lebih dalam bagaimana agar hutan di Indonesia dapat terus berkembang.
"Riset ini nantinya akan memilih tanaman yang mampu beradaptasi, sehingga nantinya dapat memperbaiki hutan Indonesia," ujar Pimpinan SATREPS Project dari Jepang, Prof Naoki Tani di Yogyakarta, Senin (3/10/2022).
Ia juga menjelaskan, riset yang akan dilakukan juga untuk mendapatkan benih baru yang lebih unggul agar dapat ditanam di hutan Indonesia. Sehingga jika hasil dari benih itu ditebang maka dapat dijual ke beberapa negara maju.
"Dari pemilihan benih akan dilakukan juga pemilihan klon terbaik untuk memperbanyak dan memperluas gen," lanjutnya dalam pertemuan di Ruang Multimedia UGM tersebut. Kultur jaringan dipilih sebagai teknik yang nantinya digunakan dari tanaman unggulan.
Proyek yang dilakukan untuk memperkuat kerja sama Indonesia dengan Jepang ini, terutama dalam bidang pengelolaan hutan dan mitigasi perubahan iklim, juga dapat dijadikan sebagai peningkatan kualitas penelitian serta pengelolaan hutan tropis di Indonesia.
Kemudian, selain untuk hutan itu sendiri, kerja sama yang dilakukan juga dapat memberikan dampak yang lebih luas. Seperti untuk perekonomian masyarakat Indonesia, dengan memberdayakan masyarakat, serta memberikan penyuluhan tentang ilmu dan teknologi kehutanan, untuk dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Maka hasil dari kerja sama yang dilakukan selain memiliki dampak untuk memenuhi kebutuhan kayu di luaran sana, dapat juga digunakan untuk membantu masyarakat Indonesia untuk mengelola dan memanfaatkan hasil hutan di Indonesia.
Dasar dilakukan kerja sama ini karena melihat bahwa hutan hujan tropis di Indonesia memiliki banyak spesies. Namun keragaman genetik hayati yang ada berakibat pada penurunan produksi kayu dari hutan.
Selain itu iklim juga memiliki peranan penting, di mana iklim dapat mempengaruhi produktivitas dan dapat menyebabkan serangan hama. Maka diperlukan pengelolaan untuk dapat meningkatkan kelestarian hutan di Indonesia.