REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Kebakaran di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) selama empat hari pada akhir September 2022, telah menghanguskan sekitar 131 hektare hutan dan lahan. Kebakaran diduga akibat faktor manusia.
Kepala Balai TNGC, Teguh Setiawan, menjelaskan, kebakaran pertama kali diketahui di Blok Cileutik, yang masuk Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kuningan, pada 25 September 2022. Kebakaran kemudian menyebar dan terjadi di beberapa blok lainnya, yakni Blok Erpah, Situmpuk dan 1001 Manguntapa.
Api kemudian padam pada 27 September 2022. Dari hasil pendataan, luas kawasan yang terbakar pada blok Cileutik, Erpah, Situmpuk, dan 1001 Manguntapa mencapai 59,65 hektare.
Pada 27 September 2022, lanjut Teguh, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Majalengka, tepatnya di Blok Guling Munding, yang berbatasan dengan Desa Padaherang, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.
Di lokasi tersebut, kebakaran terjadi mulai pukul 13.00 WIB dengan dugaan aktivitas orang yang melakukan perburuan. Berdasarkan informasi masyarakat, sewaktu api menyala, ada sekitar lima ekor anjing keluar dari lokasi yang terbakar.
Setelah api padam dan dilakukan pengukuran, luas areal yang terbakar mencapai 0,42 hektare.
Pada 28 September 2022, kepulan asap kembali terlihat di beberapa titik, yaitu di sekitar blok Gunung Rangkong, Pejaten, Batu Luhur, Gibug, dan Kupak Leles. Medan yang cukup terjal menyulitkan petugas gabungan yang berusaha mematikan bara api. Di lokasi tersebut, luas kawasan yang terbakar mencapai 71,02 hektare.
Setelah terbakar selama empat hari, kebakaran di seluruh kawasan TNGC dinyatakan padam. Luas lahan yang terbakar selama empat hari itu mencapai sekitar 131 hektare.
Tak hanya itu, kebakaran di kawasan TNGC sebelumnya terjadi pada 1 September 2022. Saat itu, kebakaran hutan dan lahan terjadi di Blok Pejaten, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Kuningan, dengan luasan 7,25 hektare.
"Total luasan kawasan TN Gunung Ciremai yang terbakar sepanjang September 2022 mencapai 138,34 hektare," kata Teguh, didampingi humas Balai TNGC, Adi, Selasa (4/10).
Mengenai dugaan penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan, Teguh menyebutnya diduga akibat faktor manusia. Namun, dia belum bisa memastikan apakah memang disengaja atau tidak karena masih dalam penyelidikan bersama dengan pihak penegak hukum.
Teguh menjelaskan, kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan tidak hanya secara materi, waktu dan tenaga. Namun, yang lebih penting adalah adanya yang menghidupi masyarakat Kabupaten Kuningan, Majalengka, Indramayu, dan Cirebon.
"Pasca-kebakaran hutan dan lahan ini, kami akan piket dan patroli pengawasan secara intensif dan melakukan penjagaan pada titik-titik rawan secara bergantian," kata Teguh.
Teguh pun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan di kawasan TN Gunung Ciremai. Dia berharap, kebakaran di TNGC tidak terulang kembali.
Teguh menambahkan, pihaknya akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat. Bagi masyarakat yang melihat adanya dugaan kepulan asap dari kawasan TN Gunung Ciremai, diminta segera melaporkannya ke Balai TNGC.
"Juga jika melihat tindakan pelanggaran lain di dalam kawasan ataupun oknum-oknum yang mencurigakan, dapat segera menghubungi call center Balai TN Gunung Ciremai 08112187411," ucap Teguh.