Selasa 04 Oct 2022 20:42 WIB

Belasan Pengungsi Rohingya Tenggelam dan Hilang di Teluk Benggala

Belasan pengungsi Rohingya hilang di lepas pantai Bangladesh.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Belasan Pengungsi Rohingya Tenggelam dan Hilang di Teluk Benggala. Foto: Foto selebaran yang dirilis oleh Angkatan Laut Kerajaan Thailand menunjukkan seorang tentara Thailand membantu pengungsi Rohingya setelah ditemukan di pulau Dong, dekat perbatasan Thailand-Malaysia di provinsi paling selatan Satun di Thailand, 04 Juni 2022 (dikeluarkan 05 Juni 2022).
Foto: EPA-EFE/ROYAL THAI NAVY
Belasan Pengungsi Rohingya Tenggelam dan Hilang di Teluk Benggala. Foto: Foto selebaran yang dirilis oleh Angkatan Laut Kerajaan Thailand menunjukkan seorang tentara Thailand membantu pengungsi Rohingya setelah ditemukan di pulau Dong, dekat perbatasan Thailand-Malaysia di provinsi paling selatan Satun di Thailand, 04 Juni 2022 (dikeluarkan 05 Juni 2022).

REPUBLIKA.CO.ID,DHAKA – Belasan pengungsi Rohingya hilang di lepas pantai Bangladesh, Selasa (4/10/2022). Hal itu terjadi karena kapal yang membawa puluhan pengungsi tenggelam di tengah cuaca buruk.

Para pengungsi Rohingya tersebut hendak pergi ke Malaysia dengan menggunakan kapal pukat ikan. Namun kapal yang mereka tumpangi mengalami masalah di Teluk Benggala dan akhirnya tenggelam di dekat distrik Cox’s Bazar selatan.

Baca Juga

Dua kapal pencari yang memperoleh informasi tentang kejadian tersebut bergegas ke lokasi. “Kami telah menyelamatkan 39 orang, termasuk 35 pengungsi Rohingya dan empat warga Bangladesh,” kata juru bicara penjaga pantai Bangladesh Letnan Al Amin, dikutip laman Al Arabiya.

Komandan stasiun penjaga pantai Ashiq Ahmed mengungkapkan, sedikitnya 50 orang berada di kapal nahas tersebut. Dia mengatakan, kapal itu mengangkut penumpang dari beberapa kota pesisir sebelum berangkat. “Sekitar belasan orang masih hilang. Operasi penyelamatan masih berlangsung," ucap Ahmed.

Bulan lalu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendorong masyarakat internasional untuk terus memberi perhatian pada isu krisis Rohingya. Terkait hal ini, dia menyinggung tentang peran penting ASEAN.

“Tugas kita bersama adalah untuk memastikan bahwa dunia internasional tetap memberikan perhatian bagi Rohingya,” kata Retno saat berbicara di High-Level Slide Event on “Rohingya Crisis” di New York, Amerika Serikat (AS), 22 September lalu, dilaporkan laman resmi Kementerian Luar Negeri.

Menurut Retno, ada tiga hal utama yang perlu dilakukan masyarakat internasional. Pertama, menciptakan situasi yang kondusif bagi kepulangan masyarakat Rohingya. Kedua, memastikan perlindungan keamanan dan keselamatan masyarakat Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh. Ketiga, mendorong perdamaian dan rekonsiliasi nasional di Myanmar.

Retno menilai, ASEAN tentunya dapat memainkan peran penting untuk mengembalikan perdamaian dan stabilitas di Myanmar. “Indonesia dalam hal ini berkomitmen untuk bekerja sama dengan komunitas internasional dalam mencari solusi yang berkelanjutan untuk penanganan isu Rohingya,” ucapnya.

Pada Agustus 2017, lebih dari 700 ribu Rohingya melarikan diri dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar, dan mengungsi ke Bangladesh. Hal itu terjadi setelah militer Myanmar melakukan operasi brutal untuk menangkap gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA). Warga sipil ikut menjadi korban dalam operasi tersebut. Selain membakar permukiman, militer Myanmar dilaporkan turut memperkosa perempuan-perempuan Rohingya dan membantai para lelaki dari etnis tersebut.

Masifnya arus pengungsi ke wilayah perbatasan Bangladesh segera memicu krisis kemanusiaan. Para pengungsi Rohingya terpaksa harus tinggal di tenda atau kamp dan menggantungkan hidup pada bantuan internasional. 

Bangladesh telah mulai memindahkan ribuan pengungsi Rohingya ke sebuah pulau terpencil bernama Bhasan Char di Teluk Benggala. Bangladesh mengklaim relokasi pengungsi Rohingya ke Bhasan Char dilakukan secara sukarela dan tanpa paksaan. Klaim itu muncul karena adanya dugaan bahwa proses relokasi pengungsi dilakukan secara paksa.

Bangladesh pun meyakinkan bahwa Bhasan Char aman serta layak ditinggali. Fasilitas seperti perumahan dan rumah sakit tengah dibangun di sana. Menurut Bangladesh, kamp-kamp pengungsi yang kian padat di Cox's Bazar telah memicu aksi kejahatan, termasuk kekerasan. Hal itu turut menjadi alasan mengapa sebagian pengungsi Rohingya ingin direlokasi. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement