REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Khawatir dengan lonjakan penyakit, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta bantuan internasional lima kali lebih banyak setelah banjir mematikan di Pakistan. Banjir tersebut menyebabkan jutaan orang yang selamat kehilangan tempat tinggal dan meningkatnya risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit lainnya.
PBB pada Selasa (4/10/2022) menaikkan permintaannya menjadi 816 juta dolar AS dari 160 juta dolar AS, dengan mengatakan penilaian baru-baru ini menunjukkan kebutuhan mendesak akan bantuan jangka panjang yang berlangsung hingga tahun depan.
Permintaan di Jenewa datang sehari setelah Julien Harneis, koordinator PBB untuk Pakistan, mengatakan penyakit seperti malaria, demam berdarah, kudis dan kekurangan gizi memicu "gelombang kedua kematian dan kehancuran," dengan anak-anak dan wanita di menjadi korban.
Banjir di Pakistan yang miskin telah mempengaruhi 33 juta orang dan menewaskan sedikitnya 1.696 sejak pertengahan Juni. Pakistan mengatakan banjir yang memecahkan rekor telah menyebabkan kerusakan setidaknya 30 miliar dolar. Bencana tersebut membuat 7,9 juta orang mengungsi dan setengah juta masih tinggal di tenda dan rumah darurat.
Para dokter di Pakistan berusaha menahan wabah penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit lain yang telah menyebabkan hampir 350 kematian di daerah yang terkena banjir sejak Juli.
Harneis mengatakan bahwa PBB mengeluarkan imbauan yang direvisi untuk memenuhi kebutuhan mendesak para korban banjir. "Kami membutuhkan semua dana ini dan kami membutuhkannya dengan cepat," kata Harneis dilansir dari Gulf Today, Rabu (5/10/2022).
Harneis mengatakan konferensi dukungan internasional akan diadakan akhir tahun ini untuk mencari lebih banyak dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah yang dilanda banjir, di mana banjir telah mendatangkan malapetaka di negara itu.
Organisasi Kesehatan Dunia dalam beberapa pekan terakhir telah berulang kali memperingatkan tentang "bencana kedua" setelah banjir mematikan di Pakistan, di mana ribuan dokter dan pekerja medis di lapangan berjuang melawan wabah penyakit yang ditularkan melalui air dan penyakit lainnya di daerah yang dilanda banjir dan rumah sakit kewalahan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan sekitar 10 persen dari semua fasilitas kesehatan Pakistan rusak akibat banjir, membuat jutaan orang tanpa akses ke perawatan kesehatan.
"Kita semua harus bekerja sama untuk mendukung rakyat Pakistan, kita membutuhkan pendekatan terpadu yang tidak terlalu menekankan pekerjaan masing-masing lembaga, dan lebih pada kebutuhan masyarakat," katanya.